KANGGOK'M TADAHN ?

Kamis, 21 November 2013

‘Bekas’ Anak Jalanan Yang Peduli Anak-Anak Jalanan


Mataram (suara NTB)
Ditnggal meninggal oleh bapaknya membuat Mahsan pada tahun 2008 silam memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah setelah dirinya lulus dari sekolah menengah pertama (SMP) di salah satu sekolah di kota Mataram. Keinginannya untuk bersekolah yang terus membara saat itu terpaksa dipadamkannya setelah kenyataan pahit melihat kondisi ekonomi pasca ditinggal oleh bapaknya semakin terupuruk. Ibunya yang menggantikan peran bapaknya sebagai kepala keluarga pun tidak mampu berbuat banyak, hanya bisa mengelus dada dan pasrah, menerima kenyataan yang menimpa keluarganya. Seakan-akan, itulah takdir yang harus diterimanya.
Namun tidak demikian dengan Muhsan, keinginannya yang menyala untuk terus bersekolah membuat Anak yang masih sangat belia tersebut terpaksa bekerja sekuat tenaga. Satu keinginannya saat itu, ‘hanya ingin bersekolah seperti halnya teman-teman sebayanya yang memperoleh pendidikan yang layak’. Keinginannya yang kuat tersebutlah yang memaksa Muhsan kecil menerima tawaran pamannya yang memintanya untuk ikut menjadi juru parkir di salah satu sudut perbelanjaan di Kota Mataram. “saat itu terpaksa saya terima ajakan paman untuk markir” kenang Mahsan.
Uang hasil parkir yang tidak seberapa itu pun perlahan di kumpulkan oleh Mahsan selama hampir lebih dua tahun demi cita-cita untuk melanjutkan sekolah yang selama ini ia impikan. Namun nasib baik ternyata belum juga berpihak kepada Mahsan. Uang yang dikumpulkan masih jauh dari kata cukup untuk mendaftarkan diri ke Sekolah Menengah Atas. “Bagaimana mau cukup, hasil parkiran dibagi menjadi tiga, satu bagian buat pemilik lahan, satu bagian buat ke koordinator parkir, dan sebagian lagi buat saya” terang Mahsan.
Selama hidup dijalanan sambil menjadi juru parkir tersebut, Mahsan kerapkali dihadapkan dengan berbagai realita kehidupan anak jalanan yang menurutnya sangat menyayat hati. Berbagai keadaan tidak wajar untuk anak seumurannya saat itu hampir setiap hari menghiasi layar kehidupannya. Sampai dirinya pun pernah di pukul oleh seorang preman. Tidak hanya itu, beberapa teman sesame anak jalanan pun menghadapi kondisi yang lebih tragis lagi seperti penyiksaan dan sodomi. “itu semua saya temukan selama hidup sebagai anak jalanan”. Menurutnya, kehidupan jalanan itu sangat keras.
Melihat kondisi seperti itulah, Mahsan dan beberapa teman-temannya berinisiatif mendirikan Komunitas Bengkel Anak Jalanan (Baja), sebuah komunitas perkumpulan anak-anak jalanan di bawah naungan salah satu yayasan yang peduli terhadap nasib anak-anak jalanan. Lewat komunitas Baja inilah, Mahsan mengumpulkan anak-anak jalanan yang selama ini kerap mendapatkan perlakuan kasar selama hidup di jalanan.
Alhasil, upaya dan niatan baik Mahsan dan teman-temannya ini berbuah manis, pemerintah ternyata diam-diam melirik aktifitas komunitas Baja ini. Hingga akhirnya, salah seorang anggota dewan kota Mataram yang membidani masalah pendidikan berinisiatif membentuk Dewan Anak. Muhsan pun dipercaya menjadi ketua Dewan Anak Kota Mataram. Kehadiran Dewan Anak ini terang Mahsan sebagai jembatan untuk menengahi berbagai kepentingan anak-anak yang mempunyai keinginan untuk bersekolah namun tidak mampu secara ekonomi. Tidak hanya itu, Dewan Anak juga sering mengadvokasi berbagai masalah yang dihadapi oleh anak-anak, baik itu menyangkut persoalan internal keluarga atau di luar masalah keluarga.
Setelah berjalan beberapa tahun, Dewan Anak Kota Mataram pun kini menjadi pusat perhatian tidak hanya hanya bagi pemerintah kota Mataram, namun juga pemerintah NTB umumnya. Pasalnya, pada tahun 2012 lalu, Dewan Anak Kota Mataram menjadi juara I nasional dalam ajang pemilihan Tunas Muda Pemimpin Indonesia lewat program Pendidikan Orang Tua Asuh dari kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPA). Berkat keberhasilan tersebut, Dewan Anak kerapkali mendapatkan kunjungan dari luar daerah. “mereka tertarik dengan program orang tua asuh ini” terang Mahsan.
Tentu keberhasilan Dewan Anak ini tidak terlepas dari peran Mahsan yang saat itu menjabat sebagai ketua sekaligus sebagai pencetus program Pendidikan Orang Tua Asuh. Menurut Mahsan program Pendidikan Orang Tua Asuh ini ialah salah satu program Dewan Anak untuk membantu para siswa yang putus sekolah karena faktor biaya. Secara tekhnis, Dewan Anak bersama tim melakukan pendataan terlebih dahulu kepada setiap kelurahan yang ada di Kota Mataram. “jika ditemukan anak yang putus sekolah karena faktor kemiskinan, mereka akan kita bina dan membantu pembiayaan mereka. Uang pembinaan dan pembiayaan terangnya diperloehnya dari pemerintah lewat bantuan SKPD-SKPD”. Lebih lanjut Mahsan mengatakan kalau Dewan Anak ini sebagai lembaga legislatifnya anak-anak. “jadi ketika ana-anak mempunyai permaslahan, Dewan Anak akan turun membantu dan mendampingi mereka”.
Pria yang kini sudah menjadi mahasiswa fakultas Hukum Unram ini berharap agar semua pihak lebih peduli terhadap anak-anak, karena merekalah generasi mendatang. Selain itu, penilaian negatif masyarakat terhadap anak jalanan selama ini harus dirubah. “hidup di jalanan tidaklah buruk, kalau pun orang melihatnya negatif, mereka hanya menjadi korban dari kondisi lingkungan sekitar mereka”. (dys)




Tidak ada komentar: