Mataram (suara NTB)
Ditnggal meninggal oleh bapaknya
membuat Mahsan pada tahun 2008 silam memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah
setelah dirinya lulus dari sekolah menengah pertama (SMP) di salah satu sekolah
di kota Mataram. Keinginannya untuk bersekolah yang terus membara saat itu
terpaksa dipadamkannya setelah kenyataan pahit melihat kondisi ekonomi pasca
ditinggal oleh bapaknya semakin terupuruk. Ibunya yang menggantikan peran
bapaknya sebagai kepala keluarga pun tidak mampu berbuat banyak, hanya bisa
mengelus dada dan pasrah, menerima kenyataan yang menimpa keluarganya.
Seakan-akan, itulah takdir yang harus diterimanya.
Namun tidak demikian dengan
Muhsan, keinginannya yang menyala untuk terus bersekolah membuat Anak yang
masih sangat belia tersebut terpaksa bekerja sekuat tenaga. Satu keinginannya
saat itu, ‘hanya ingin bersekolah seperti halnya teman-teman sebayanya yang
memperoleh pendidikan yang layak’. Keinginannya yang kuat tersebutlah yang memaksa
Muhsan kecil menerima tawaran pamannya yang memintanya untuk ikut menjadi juru
parkir di salah satu sudut perbelanjaan di Kota Mataram. “saat itu terpaksa
saya terima ajakan paman untuk markir” kenang Mahsan.
Uang hasil parkir yang tidak
seberapa itu pun perlahan di kumpulkan oleh Mahsan selama hampir lebih dua
tahun demi cita-cita untuk melanjutkan sekolah yang selama ini ia impikan.
Namun nasib baik ternyata belum juga berpihak kepada Mahsan. Uang yang
dikumpulkan masih jauh dari kata cukup untuk mendaftarkan diri ke Sekolah
Menengah Atas. “Bagaimana mau cukup, hasil parkiran dibagi menjadi tiga, satu
bagian buat pemilik lahan, satu bagian buat ke koordinator parkir, dan sebagian
lagi buat saya” terang Mahsan.
Selama hidup dijalanan sambil
menjadi juru parkir tersebut, Mahsan kerapkali dihadapkan dengan berbagai
realita kehidupan anak jalanan yang menurutnya sangat menyayat hati. Berbagai
keadaan tidak wajar untuk anak seumurannya saat itu hampir setiap hari
menghiasi layar kehidupannya. Sampai dirinya pun pernah di pukul oleh seorang
preman. Tidak hanya itu, beberapa teman sesame anak jalanan pun menghadapi
kondisi yang lebih tragis lagi seperti penyiksaan dan sodomi. “itu semua saya
temukan selama hidup sebagai anak jalanan”. Menurutnya, kehidupan jalanan itu
sangat keras.
Melihat kondisi seperti itulah,
Mahsan dan beberapa teman-temannya berinisiatif mendirikan Komunitas Bengkel
Anak Jalanan (Baja), sebuah komunitas perkumpulan anak-anak jalanan di bawah
naungan salah satu yayasan yang peduli terhadap nasib anak-anak jalanan. Lewat
komunitas Baja inilah, Mahsan mengumpulkan anak-anak jalanan yang selama ini
kerap mendapatkan perlakuan kasar selama hidup di jalanan.
Alhasil, upaya dan niatan baik
Mahsan dan teman-temannya ini berbuah manis, pemerintah ternyata diam-diam
melirik aktifitas komunitas Baja ini. Hingga akhirnya, salah seorang anggota
dewan kota Mataram yang membidani masalah pendidikan berinisiatif membentuk
Dewan Anak. Muhsan pun dipercaya menjadi ketua Dewan Anak Kota Mataram.
Kehadiran Dewan Anak ini terang Mahsan sebagai jembatan untuk menengahi
berbagai kepentingan anak-anak yang mempunyai keinginan untuk bersekolah namun
tidak mampu secara ekonomi. Tidak hanya itu, Dewan Anak juga sering mengadvokasi
berbagai masalah yang dihadapi oleh anak-anak, baik itu menyangkut persoalan
internal keluarga atau di luar masalah keluarga.
Setelah berjalan beberapa tahun,
Dewan Anak Kota Mataram pun kini menjadi pusat perhatian tidak hanya hanya bagi
pemerintah kota Mataram, namun juga pemerintah NTB umumnya. Pasalnya, pada
tahun 2012 lalu, Dewan Anak Kota Mataram menjadi juara I nasional dalam ajang
pemilihan Tunas Muda Pemimpin Indonesia lewat program Pendidikan Orang Tua Asuh
dari kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPA). Berkat keberhasilan
tersebut, Dewan Anak kerapkali mendapatkan kunjungan dari luar daerah. “mereka
tertarik dengan program orang tua asuh ini” terang Mahsan.
Tentu keberhasilan Dewan Anak ini
tidak terlepas dari peran Mahsan yang saat itu menjabat sebagai ketua sekaligus
sebagai pencetus program Pendidikan Orang Tua Asuh. Menurut Mahsan program
Pendidikan Orang Tua Asuh ini ialah salah satu program Dewan Anak untuk
membantu para siswa yang putus sekolah karena faktor biaya. Secara tekhnis,
Dewan Anak bersama tim melakukan pendataan terlebih dahulu kepada setiap
kelurahan yang ada di Kota Mataram. “jika ditemukan anak yang putus sekolah
karena faktor kemiskinan, mereka akan kita bina dan membantu pembiayaan mereka.
Uang pembinaan dan pembiayaan terangnya diperloehnya dari pemerintah lewat
bantuan SKPD-SKPD”. Lebih lanjut Mahsan mengatakan kalau Dewan Anak ini sebagai
lembaga legislatifnya anak-anak. “jadi ketika ana-anak mempunyai permaslahan,
Dewan Anak akan turun membantu dan mendampingi mereka”.
Pria yang kini sudah menjadi mahasiswa
fakultas Hukum Unram ini berharap agar semua pihak lebih peduli terhadap
anak-anak, karena merekalah generasi mendatang. Selain itu, penilaian negatif
masyarakat terhadap anak jalanan selama ini harus dirubah. “hidup di jalanan
tidaklah buruk, kalau pun orang melihatnya negatif, mereka hanya menjadi korban
dari kondisi lingkungan sekitar mereka”. (dys)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar