KANGGOK'M TADAHN ?

Kamis, 21 November 2013

Soal Ujian CPNS Dikritik


Mataram (Suara NTB)
Berkaca dari pengalaman mengikuti tes CPNS pada tahun-tahun sebelumnya, nampaknya soal ujian CPNS tidak akan banyak mengalami perubahan. Meskipun sudah banyak mendapat kritikan dari berbagai pihak yang menilai soal ujian CPNS tidak memiliki relevansi yang jelas antara materi yang diujikan dengan prodi CPNS yang mengikuti tes, namun soal ujian CPNS belum juga terjadi perubahan. Model materinya hampir sama dari tahun ke tahun seperti yang diungkapkan Zainul, S.Pd,. Dirinya yang telah mengikuti tes CPNS hampir lebih dari lima tahun mengaku kalau soal tes CPNS selama ini hampir sama, tidak berubah setiap tahunnya. “Masih saja disajikan materi yang tidak sesuai kompetensinya dengan jurusan peserta CPNS, padahal tidak semua CPNS menguasai materi di luar prodinya”.
Lebih lanjut, Zainul, S.Pd menambahkan kalau rekrutmen CPNS ini bertujuan untuk mendapatkan guru-guru yang memiliki kompetensi dibidangnya masing-masing. Tetapi jika materi tesnya seperti ini, maka rekrutmen CPNS ini sebenarnya tidak akan menghasilkan guru yang benar-benar berkualitas. Dirinya berharap, materi ujian CPNS yang akan dilaksanakan pada bulan Nopember mendatang bisa berubah dari tahun sebelumnya dan sesuai dengan prodi masing-masing peserta yang mengikuti tes. Misalnya jurusan Matematika, harusnya mereka lebih banyak diberikan materi tes yang sesuai dengan jurusannya, begitu juga dengan jurusan bahasa inggeris juga harus begitu, sehingga proses rekrutmen ini benar-benar mampu menghasilkan calon guru yang mempunyai kompetensi sesuai dengan jurusan mereka.
Sementara itu, terpisah Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah, Safril, M.Pd mengatakan bahwa meskipun reformasi pendidikan dari aspek anggaran sedang berlangsung untuk pemenuhan 20 persen anggaran untuk pendidikan, namun reformasi tidak sepenuhnya berjalan rata di semua aspek menyangkut pendidikan. Misalnya saja ialah pada soal rekrutmen CPNS. Untuk menghasilkan sistem pendidikan yang baik ungkapnya, tidak terlepas dari aspek input dan output. Contohnya ialah pada saat rekrutmen CPNS, apakah selama ini sudah benar-benar bersih dari praktik-praktik KKN? Sudah adakah standar rekrutmen CPNS yang memungkinkan nihilnya praktik KKN? apakah sudah ada mekanisme rekrutmen yang menjamin untuk terbebasnya dari praktik KKN tersebut? Tentu ini harus dijawab oleh komitmen pemerintah untuk merubah itu semua.
Menurutnya, guru kalau direkrut dengan sistem yang sama seperti sebelumnya tidak akan menghasilkan kualitas guru yang menjanjikan perubahan bagi anak didik kita, seperti dari sisi materi soal ujian CPNS belum ada perubahan sama sekali. Misalnya soal tes mengenai kebijakan pemerintah untuk tes CPNS dari jurusan matematika, apa relevansinya antara kebijakan pemerintah dengan jurusan matematika? “Kemudian soal-soal umum lainnya, apa kaitannya dengan mereka yang akan menjadi guru bahasa arab, fisika, bahasa inggeris dan lain sebagainya”. Dari sisi itu, kita bisa katakan bahwa belum banyak yang kita bisa harapkan dengan proses perekrutan yang masih seperti itu.

Padahal sebenarnya, perubahan itu harus dimulai dari input terlebih dahulu baru kemudian bicara prosesnya. “sekarang kan prosesnya yang dipersoalkan, bagaimana guru yang amoral dan sebagainya, padahal kalau inputnya bagus, prosesnya juga akan bagus”. Ke depan pemerintah harus memikirkan hal itu supaya aspek input ini benar-benar dirubah. (dys)

Tidak ada komentar: