Menteri Agama RI, Dr. Suryadarma
Ali meminta masyarakat jangan terpengaruh oleh paham kebebasan absolut yang
sekarang ini sudah mulai berkembang di Indonesia. Karena dengan berpegang teguh
pada landasan atas dasar kebebasan
absolut seperti itulah yang menyebabkan masyarakat menjadi kian tidak berpikir
jernih dalam melihat berbagai fenomena sosial keagamaan di Indonesia. Khusus
dalam konteks ahmadiyah, Suryadarma Ali meminta masyarakat agar tidak tergosok
dengan paham kebebasan absolut yang dapat membuat hilangnya cara berpikir yang
sehat. “Selama ini yang membuat keruh kondisi masyarakat kita dalam menyikapi
persoalan ahmadiyah kan karena mereka berhasil digosok-gosok oleh paham
kebebasan absolut tersebut” terangnya. Menurutnya, paham kebebasan absolut tersebut
tidak cocok untuk dikembangkan di Indonesia.
Lebih lanjut Suryadarma Ali
mengungkapkan bahwa segala aturan yang dibuat oleh Negara dibentuk untuk
membatasi kebebasan yang dimilik oleh manusia, sehingga demikian pada dasarnya
tidak ada kebebasan absolut, hanya Tuhanlah yang mempunyai kebebasan absolut.
“Jika ada sebagian masyarakat tidak mau mengikuti aturan yang telah dibuat oleh
pemerintah berarti masyarakat tersebut bukan bagian dari pemerintah. Begitu
juga pada warga ahmadiyah yang tidak mau menaati peraturan pemerintah. Mengaku
islam, tetapi memiliki nabi selain Muhammad ya tidak islam dong”
Dirinya menerangkan, untuk
menyelesaikan persoalan ahmadiyah tidak bisa dilakukan oleh salah satu pihak,
tetapi harus ada keinginan yang kuat dari kedua belah pihak untuk melakukan
dialog sebagai cara-cara penyelesaian masalah. Nah, dalam konteks tersebut,
pemerintah telah berupaya untuk mengajak warga ahmadiyah untuk berdialog guna
mencari persoalan jalan keluar. Namun demikian, selama ini meski sudah ada
upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menyelesaikan persoalan
ahmadiyah, namun sejauh ini tidak ada I’tikad baik dari ahmadiyah menyambut
tawaran dari pemerintah. “itu yang membuat penyelesaiannya menjadi lama, nggak
bisa niat baiknya hanya datang dari pemerintah namun harus dari kedua belah
pihak juga”.
Sementara itu, menyikapi persoalan
warga ahmadiyah yang kini masih berada di pengungsian, Gubernur NTB, Dr.
Muhammad Zainul Majdi, MA, mengaku bahwasanya pemerintah telah berusaha secara
optimal atas dasar petunjuk menkopolhukam untuk menawarkan solusi bagi warga
ahmadiyah seperti akan membeli seluruh aset bangunan dan tanah milik warga
ahmadiyah yang tersebar di beberapa tempat di kabupaten Lombok Barat sesuai
dengan harga yang berlaku di pasaran. Namun meski sudah ada tawaran dari
pemerintah, warga ahmadiyah ngotot tidak mau menjual aset-aset mereka. “maunya
mereka kan pulang ke kampung halaman mereka, tetapi bagaimana mau pulang
sementara masyarakat sekitar menolak kehadiran mereka. Apa mau dijaga polisi 24
jam, kan kasian nanti” terang Majdi. (dys)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar