KANGGOK'M TADAHN ?

Sabtu, 21 Desember 2013

Tingkatkan Produktifitas Jagung Dengan Tekhnologi Tepat Guna


Sebagai salah satu provinsi yang termasuk dalam kawasan MP3EI, Provinsi NTB menjadi salah satu provinsi yang diharapkan mampu menjadi penyangga pangan secara nasional salah satunya ialah melalui pengembangan komoditi jagung. Tercatat pada tahun 2009 silam, pemerintah NTB melalui dinas Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi NTB telah mencanangkan program pengembangan agribisnis jagung. Salah satu cara yang dilakukan ialah dengan memperluas areal tanam dengan memanfaatkan lahan yang ada serta peningkatan produktifitas melalui perbaikan tekhnologi dan pemakaian benih unggul bermutu khususnya hibrida. Tidak hanya itu, pada tahun 2012 silam, pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian telah mengalokasikan bantuan benih jagung melalui program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dengan luas kawasan pengembangan jagung hibrida mencapai 7.000 Ha, kawasan pemantapan jagung hibrida 5.000 Ha, komposti 2.000 Ha. Sehingga total SL-PTT Provinsi NTB adalah 14.000 Ha.
Upaya peningkatan produktifitas  jagung melalui pendampingan pun dilakukan oleh berbagai stakeholder  seperti LSM dan lain sebagainya. Hal itu tentunya dalam rangka mewujudkan NTB sebagai daerah dengan penghasil jagung secara nasional dan turut serta mendukung program swasembada jagung secara nasional. Namun persoalan harga menjadi kendala yang datang menghantui para petani jagung paska mereka panen. Tidak stabilnya harga jagung pada setiap kali musim panen membuat para petani jagung kerap merugi.
Menanggapi keluhan para petani jagung tersebut, wakil Gubernur NTB, H. Muhammad Amin, SH, pada saat menghadiri kegiatan ‘Grain Trader Meeting Lombok, Bisnis Jagung Bermartabat dan Berkelanjutan’ Rabu pagi (11/12) mengaku bahwasanya pemerintah akan terus berupaya untuk mendorong para petani jagung agar mengembangkan sistem pertanian dengan menggunakan tekhnologi tepat guna. Kehadiran tekhnologi di tengah-tengah para petani jagung agar mereka mampu menghasilkan produksi jagung sesuai dengan kualitas terbaik. “jika kualitasnya sudah baik, maka dijamin harganya pun akan baik”. Selain itu, para petani jagung perlu menjalin kemitraan dengan berbagai pihak untuk menghadapi harga yang tidak stabil.
Sementara itu, Direktur marketing PT. Syngenta, Ignatius Frendy Tarigan, mengklaim rendahnya hasil produksi para petani jagung selama ini ialah karena masih rendahnya sentuhan tekhnologi pada tekhnik pertanian para petani jagung.  Padahal akunya, agar  para petani mampu memproduksi jagungnya dengan baik, dibutuhkan transformasi tekhnologi di mulai sejak menanam sampai pada paska panen. “tekhink pertanian harus diawali dengan baik supaya mendapatkan hasil yang baik pula” tuturnya.
Di samping penggunaan tekhnologi tepat guna pada saat musim panen maupun paska panen, direktur Micra Foundation, Dian Noval menyebut pentingnya pemberian pendampingan bagi para petani jagung oleh semua pihak termasuk LSM agar para petani jagung memperoleh pengetahuan yang benar mengani cara menanam jagung. Sehingga hal itu nantinya berimplikasi terhadap peningkatan jumlah produksi jagung. Ia juga menambahkan pentingnya pendampingan kepada para petani jagung agar memudahkan dilakukannya pemetaan secara umum mengenai potensi tanam jagung. “pertemuan seperti ini sangat penting untuk terus dilakukan agar terjalin komunikasi intensif para petani, pengumpul jagung dan pemerintah. Hal itu agar perkembangan produksi jagung bisa dikelola secara berkelanjutan”. (dys)


Tidak ada komentar: