Mataram - Puluhan aktivis, mahasiswa, dan wartawan berbagai media mengikuti Diskusi Publik bertajuk "Belajar dari Model Ekonomi Gus Dur" yang digelar West Nusa Tenggara Development Center (WNTDC), Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR), PKC PMII NTB, dan M 16, pada Sabtu (25/11/2017).
Hadir sebagai narasumber pada kegiatan diskusi publik Direktur Wahid Institute Yenni Wahid, Direktur Lingkar Survey Perjuangan Gede Sandra yang juga merupakan Tim Ekonomi pada Kabinet Gus Dur tahun 1999-2001.
Direktur M 16 Bambang Mei "Didu" dalam pengantar diskusi publik mengemukakan bahwa diskusi ini dihajatkan untuk mengingat kembali kesuksesan Presiden Gusdur terutama dalam membangkitkan prekonimian bangsa yang saat itu terpuruk akibat peralihan kekuasaan.
Sementara Direktur Lingkar Survey Perjuangan, Gede Sandra, dalam paparannya menyebut pemerintahan Gusdur meski sangat singkat yakni 21 bulan, tapi mampu sukses membangun pertumbuhan prekonomian Indonesia dengan lima tangga kemajuan yaitu adanya pertumbuhan ekonomi, piutang berkurang, distribusi pendapatan, gini ratio rendah, kohesi sosial semakin kuat.
Dikatakan Gede Sandra, bahwa Gus Dur menerima warisan prekonomian dari Presiden sebelumnya Habibie dalam kondisi "growth" masih minus 3 persen pada September 1999. Namun ketika diukur lagi di akhir tahun 1999 atau tiga bulan sejak tim ekonomi Gus Dur bekerja, pertumbuhan ekonomi sudah di level 0,7 persen atau melompat 3,7 persen.
Sementara dalam kurun waktu setahun berikutnya di tahun 2000 prekonomian Indonesia kembali berhasil tumbuh ke level 4,9 persen atau melompat 4,2 persen. Sedang di tahun 2001, meskipun Gus Dur dimakzulkan di pertengahan tahun akibat krisis politik tersebut, rata-rata "growth" di akhir tahun masih level 3,6 persen.
Selain itu yang istimewa kata Gede Sandra ialah dua kali lompatan growth tersebut dilakukan tim ekonomi Gusdur dengan sambil mengurangi beban utang. Sebuah kondisi yang pasti sulit dilakukan tim ekonomi kabinet-kabinet setelah atau sebelum Gus Dur.
"Kurang dari dua tahun Gus Dur bisa membawa gini ratio Indonesia terendah sepanjang 50 tahun terakhir terjadi di akhir era Gus Dur yaitu sebesar 0,31. Gus Dur yang mampu memberikan contoh implementasi dari sila kelima, maka beliau layal disebut bapak Keadilan Sosial," sebutnya.
Disebutkan Gede Sandra, salah satu rahasia keberhasilan tim ekonomi Gus Dur sehingga mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat yakni menolak resep IMF Bank Dunia yang menganjurkan dilakukannya pengetatan anggaran. Sebaliknya, yang ditawarkan oleh tim ekonomi Gus Dur adalah growth story atau strategi pertumbuhan.
Selanjutnya, tim ekonomi Gus Dur piawai dalam melakukan optimum debt managament dan mampu menjaga harga beras stabil di level rendah sehingga mengakibatkan daya beli masyarakat bawah perkotaan terus terjaga.
"Kesejahteraan petani di pesesaan juga terjaga karena Bulog melakukan pembelian gabah, bukan membeli beras. Inilah alasan mengapa ketimpangan pendapatan paling rendah di era ini," tukasnya.
Direktur Wahid Institute, Yenni Wahid, menilai keberhasilan Gus Dur dilihat dari data yang tidak bisa dipungkiri. Semua berkat kerjasama tim ekonomi di bawah Rizal Ramli. Namun demikian, tanpa adanya political will dari pimpinan saat itu tidak akan bisa tim ekonomi bekerja.
"Data ini bisa dipertanggungjawabkan," ungkap Yenni.
Semua keberhasilan ekonomi Gus Dur memang kembali ke semngat Gus Dur dengan landasan filosofisya bahwa pertumbuhan harus berjalan dengan pemerataan ekonomi. Atau adanya "growth" yang berkualitas.
"itu jadi landasan dasar pembangunan ekonomi Gus Dur. Tanpa pemerataan akan tercipta kesenjangan sosial tinggi yang berakibat pada adanya konflik sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar