KANGGOK'M TADAHN ?

Jumat, 20 September 2013

Bisnis dan Inspirasi Bagi Mahasiswa



Siapa yang tidak kenal Suryani, ya, di kampus LP3I tempatnya menimba ilmu sekarang ini, Yani panggilan akrabnya, sangat familier sebagai penjual pernak-pernik. Sejak kenal dengan seorang temannya yang menawarinya untuk kerjasama berjualan aneka pernak-pernak  seperti gelang, kalung dan bros, Yani seakan mendapat inspirasi dan suntikan semangat baru untuk memulai berusaha secara mandiri. Kondisi prekonomian keluarga yang serba kekurangan, semakin membakar semangat yani untuk tumbuh menjadi mahasiswi yang mandiri.
Awalnya, Yani enggan menerima tawaran temannya untuk berusaha pernak-pernik, namun setelah mendapat penjelasan mengenai untung dan peluang serta selu beluk oleh temannya, Yani mulai yakin dengan usaha yang satu ini.
Barang pun langsung disorder, meski pada saat itu Yani belum berani mengambil terlalu banyak barang, khawatirnya, barang nggak ada yang minat. “tiga jenis barang yang diambil waktu itu, kira-kira jumlahnya 100 buah (Pcs)”, akunya.
Mulanya Yani menawarkan barang-barang ke teman-teman dekatnya saja, karena saat itu, Yani masih dihinggapi rasa malu. Hari pertama berjualan di kampus, barang-barang Yani laku Cuma 5 buah. Begitu juga dengan hari yang kedua berjualan, lakunya Cuma 7 buah. Meski barang yang laku hanya sedikit, tetapi Yani meyakini, sebagaimana wejangan temannya, hanya dengan tetap konsisten ia akan meraih hasil yang baik. Baru setelah satu minggu berjualan, Yani memberanikan diri menjajakkan barang jualannya di luar teman-temannya. Dirinya mulai tidak segan menawarkan barang ke staf-staf yang ada di kampus. Dan mulai saat itu, barang-barang jualan Yani mulai terdengar luas ke telinga seluruh mahasiswa.

Mulai Bayar SPP Sendiri
Kurang lebih sebulan berjualan, barang-barang Yani laku keras, dan optimisme bisa sukses berjualan pernak-pernak semakin kuat. Lebih dari itu, modal pun balik. Sejak saat itu, Yani mulai bisa menabung dari untungnya meski tidak terlalu besar. Seperti diakuinya, “modalnya nggak terlalu besar, untungnya juga nggak besar”. Untuk satu buah kalung, Yani mengaku mendapatkan dari temannya seharga 8.500 rupiah dan menjualnya dengan harga 10.000 rupiah, begitu juga dengan bros, harga belinya 3.500 rupiah dan dijualnya dengan harga 5.000 rupiah. Dari untungnya itulah, Yani kemudian bisa membayar SPP sendiri, sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan oleh Yani. Padahal sebelum-sebelumnya, Yani selalu meminta kepada orang tua. Kini setelah merasa memperoleh ‘jalan’ lewat berjualan pernak-pernik tersebut, Yani mempunyai cita-cita setelah wisuda kelak, dirinya memiliki toko untuk pusat penjualan pernak-pernak seperti kalung, gelang dan bros seperti yang kini dijualnya. Dirinya mengaku, berjualan pernak-pernak seperti ini telah mengubah jalan hidupnya sebagai mahasiswa yang sebelumnya hanya berpangkutangan, kini menjadi mahasiswa mandiri yang bisa memenuhi berbagai kebutuhan kuliyah, mulai dari membayar tugas-tugas kuliyah sampai dengan membayar SPP sendiri.





Tidak ada komentar: