Siapa yang tidak kenal Suryani,
ya, di kampus LP3I tempatnya menimba ilmu sekarang ini, Yani panggilan
akrabnya, sangat familier sebagai penjual pernak-pernik. Sejak kenal dengan
seorang temannya yang menawarinya untuk kerjasama berjualan aneka
pernak-pernak seperti gelang, kalung dan
bros, Yani seakan mendapat inspirasi dan suntikan semangat baru untuk memulai
berusaha secara mandiri. Kondisi prekonomian keluarga yang serba kekurangan,
semakin membakar semangat yani untuk tumbuh menjadi mahasiswi yang mandiri.
Awalnya, Yani enggan
menerima tawaran temannya untuk berusaha pernak-pernik, namun setelah mendapat
penjelasan mengenai untung dan peluang serta selu beluk oleh temannya, Yani mulai
yakin dengan usaha yang satu ini.
Barang pun langsung disorder,
meski pada saat itu Yani belum berani mengambil terlalu banyak barang,
khawatirnya, barang nggak ada yang minat. “tiga jenis barang yang diambil waktu
itu, kira-kira jumlahnya 100 buah (Pcs)”, akunya.
Mulanya Yani menawarkan
barang-barang ke teman-teman dekatnya saja, karena saat itu, Yani masih
dihinggapi rasa malu. Hari pertama berjualan di kampus, barang-barang Yani laku
Cuma 5 buah. Begitu juga dengan hari yang kedua berjualan, lakunya Cuma 7 buah.
Meski barang yang laku hanya sedikit, tetapi Yani meyakini, sebagaimana
wejangan temannya, hanya dengan tetap konsisten ia akan meraih hasil yang baik.
Baru setelah satu minggu berjualan, Yani memberanikan diri menjajakkan barang
jualannya di luar teman-temannya. Dirinya mulai tidak segan menawarkan barang
ke staf-staf yang ada di kampus. Dan mulai saat itu, barang-barang jualan Yani mulai
terdengar luas ke telinga seluruh mahasiswa.
Mulai
Bayar SPP Sendiri
Kurang lebih sebulan
berjualan, barang-barang Yani laku keras, dan optimisme bisa sukses berjualan
pernak-pernak semakin kuat. Lebih dari itu, modal pun balik. Sejak saat itu, Yani
mulai bisa menabung dari untungnya meski tidak terlalu besar. Seperti
diakuinya, “modalnya nggak terlalu besar, untungnya juga nggak besar”. Untuk satu
buah kalung, Yani mengaku mendapatkan dari temannya seharga 8.500 rupiah dan
menjualnya dengan harga 10.000 rupiah, begitu juga dengan bros, harga belinya
3.500 rupiah dan dijualnya dengan harga 5.000 rupiah. Dari untungnya itulah,
Yani kemudian bisa membayar SPP sendiri, sesuatu yang sebelumnya tidak pernah
dibayangkan oleh Yani. Padahal sebelum-sebelumnya, Yani selalu meminta kepada
orang tua. Kini setelah merasa memperoleh ‘jalan’ lewat berjualan pernak-pernik
tersebut, Yani mempunyai cita-cita setelah wisuda kelak, dirinya memiliki toko
untuk pusat penjualan pernak-pernak seperti kalung, gelang dan bros seperti
yang kini dijualnya. Dirinya mengaku, berjualan pernak-pernak seperti ini telah
mengubah jalan hidupnya sebagai mahasiswa yang sebelumnya hanya
berpangkutangan, kini menjadi mahasiswa mandiri yang bisa memenuhi berbagai
kebutuhan kuliyah, mulai dari membayar tugas-tugas kuliyah sampai dengan
membayar SPP sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar