Mataram (Suara NTB)
Minat siswa-siswi terhadap dunia
fotografi belakangan ini menunjukkan tingkat antusiasme yang cukup tinggi. Hal
itu menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran cara memaknai seni dari yang
sebelumnya hanya terfokus pada soal seni-seni dalam artian tradisional, tetapi
seiring dengan semakin populernya dunia fotografi dewasa ini, membuat seni
fotografi kini sudah dimaknai dalam artiannya yang sepadan dengan makna seni
tradisional lainnya. Tidak heran, seni fotografi banyak digandrungi oleh
berbagai lapisan masyarakat, mulai dari anak remaja, dewasa dan orang tua.
Perhatian pemerintah terhadap seni bergenre modern ini pun terbilang cukup
bagus, meskipun terbilang baru, namun tidak menyurutkan dukungan pemerintah
untuk mendorong melahirkan calon-calon fotografer, tentu dengan harapan akan
melahirkan berbagai karya poto jurnalistik yang akan bermanfaat bagi bangsa.
Seperti yang terlihat pada acara
workshop potografi Rabu pagi (4/9), puluhan siswa-siswi sekolah se-pulau Lombok
menghadiri workshop yang diadakan oleh yayasan Bumi Mataram bekerjasama dengan
Gerakan 3A (Akino, Adono, Absano) Pemerintah Provinsi NTB. Workshop ini
sebagaimana yang disampaikan oleh ketua yayasan Bumi Mataram, Agus Sopiandi,
ST, ialah sebagai salah satu bentuk perhatian pemerintah NTB terhadap seni
potografi. Menurutnya, apapun bentuk kreatifitas siswa-siswi tetap harus
didukung, karena mereka-mereka itu merupakan investasi kita bersama.
Selain itu, Budi Afandi selaku
narasumber dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa seni fotografi sekarang
ini sudah mulai mampu menyaingi seni lukis pada umumnya dan sudah dianggap
sepadan meski terdapat perbedaan seperti halnya fotografi yang melukis dengan
cahaya, sedangkan melukis dengan menggunakan kanvas. “Seni lukis sudah
tersaingi oleh seni fotografi, fotografi akhirnya dianggap sebagai suatu seni
rupa”. Selain itu, Budi Afandi juga menyampaikan bahwa diera perkembangan
tekhnologi yang cukup pesat, perkembangan dunia potografi mengalami pergerakan
perjalanan sejajar dengan perkembangan tekhnologi lainnya. Hal itu memaksa
generasi sekarang untuk mampu menyambut era tekhnologi tersebut. (dys)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar