Mataram (suara NTB)
Kurangnya anggaran pembinaan
membuat Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI) NTB sulit mencetak atlet-atlet
sepak takraw yang mampu bersaing dengan atlet-atlet di daerah lainnya.
Sebagaimana yang dikatakan Sekretaris Jenderal PSTI NTB Muhammad Jufri H. Abdullah
siang kemarin (7/10). Menurutnya, masyarakat NTB masih kurang mengenal olahraga
yang satu ini, padahal olahraga sepak takraw merupakan salah satu olahraga
bergengsi di tingkat nasional dan selalu dipertandingkan di kejuraan tingkat
nasional seperti PON. Harusnya, pemerintah lebih peduli lagi terhadap olahraga
sepak takraw ini, hal itu mengingat potensi kita di NTB ini cukup besar. Namun
apa daya, anggaran yang terbatas memaksa kita tidak maksimal dalam upaya
pembinaan terhadap atlet-atlet olahraga sepak takraw ini. “bayangkan,
pertahunnya, kita dapat 10 juta dari KONI untuk anggaran atlet-atlet olahraga
sepak takraw ini” terangnya.
Lebih lanjut Muhammad Jufri H.
Abdullah mengatakan bahwa dibutuhkan tidak hanya anggaran yang besar namun juga
kemauan dari daerah untuk mengembangkan olahraga sepak takraw ini. Di NTB
sendiri, atlet-atlet sepak takraw kebanyakan besar berasal dari pulau Sumbawa,
seperti Kabupaten Bima, Dompu, dan kabupaten Sumbawa, sementara di pulau Lombok
sangat minim perhatiannya. Hanya kabupaten Lombok Timur dan Kota Mataram saja,
itu pun masih jauh dari maksimal. Tidak seperti di daerah-daerah lainnya di
Indonesia seperti Jatim, Sulawesi, Sumatera yang menjadikan olahraga sepak
takraw ini sebagai salah satu cabor andalan mereka di setiap penyelenggaraan
even-even nasional.
Sementara itu, untuk pembinaan
cabor sepak takraw ini harusnya dimulai dari sekolah-sekolah dan
disosialisasikan secara rutin, namun begitu, dibutuhkan anggaran yang cukup
untuk melaksanakan hal tersebut. “mereka harusnya sejak dini diperkenalkan
dengan olahraga sepak takraw ini agar terjadi proses regenerasi atet sepak
takraw kita” terangnya. (dys)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar