KANGGOK'M TADAHN ?

Sabtu, 21 Desember 2013

Praktik Esek-Esek di Daerah Pariwisata, Disbudpar Belum Mengetahui


Perkembangan dunia pariwisata NTB sejak dua tahun trakhir semenjak digelontorkannya program visit lombok - Sumbawa tahun 2012 silam mengalami peningkatan signifikan. Hal itu terbukti dengan berhasilnya pemerintah NTB melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) NTB melampaui target kunjungan melebihi satu juta kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Namun celakanya, perkembangan dunia pariwisata NTB yang kini sedang naik daun tidak diimbangi dengan upaya pemerintah dalam memproteksi dan menanggulangi tingkat kriminalitas di daerah sekitar pariwisata. Seperti kejahatan seksualitas yang diduga kini masih saja terjadi di daerah sekitar pariwisata. Berdasarkan hasil survey Lembaga Perlindungan Anak (LPA) NTB pada tahun 2013 ini menemukan ada 13 tempat pariwisata di pulau Lombok yang berpotensi dijadikan sebagai pariwisata seks seperti di kawasan Senggigi, Gili Trawangan, Kute dan Sekotong. Korbannya ialah tidak hanya orang dewasa namun juga anak-anak yang masih di bawah umur.
Dikonfirmasi Suara NTB Rabu pagi (27/11), kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) NTB, Muhammad Nasir mengaku belum mengatahui adanya hasil survey yang dilakukan oleh LPA NTB. Dirinya mengaku cukup kaget mendengar hasil survey tersebut “saya belum tahu kalau ada indikasi tersebtu”. Diungkapkan oleh Nasir bahwa pihaknya dalam mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan tersebut sudah mempunyai standar-standar khusus. “kita semua mempunyai tugas masing-masing, Disbudpar bertugas mendorong agar tercipta dan berkembangnya pariwisata. Sedangkan kepolisian bertugas mengamankan daerah pariwisata tersebut, jadi masing-masing punya tugasnya” terang Nasir.
Untuk mengantisipasi agar praktik esek-esek yang kerap melibatkan anak di bawah umur tersebut, Nasir mengaku selama ini memang belum melakukan upaya-upaya proteksi baik dengan pihak perhotelan maupun dengan pihak lainnya. “kalau MOU dengan GM hotel-hotel di sekitar daerah pariwisata selama ini hanya sebatas pada kerjasama terkait pada persoalan pentingnya pihak hotel mengakomodasi makanan-makanan tradisional sebagai khas daerah NTB, di luar itu belum ada”.

Namun ungkapnya, jika kemudian praktik esek-esek tersebut benar-benar ada, dirinya meminta semua pihak untuk mengantisipasi agar praktik tersebut tidak berkembang luas.  “kita harapakan peran serta masyarakat luas agar ikut berpartisipasi mencegah berkembangnya praktik kotor tersebut”. (dys)

Tidak ada komentar: