Perkembangan dunia pariwisata NTB
sejak dua tahun trakhir semenjak digelontorkannya program visit lombok -
Sumbawa tahun 2012 silam mengalami peningkatan signifikan. Hal itu terbukti
dengan berhasilnya pemerintah NTB melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Disbudpar) NTB melampaui target kunjungan melebihi satu juta kunjungan
wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Namun celakanya, perkembangan dunia
pariwisata NTB yang kini sedang naik daun tidak diimbangi dengan upaya
pemerintah dalam memproteksi dan menanggulangi tingkat kriminalitas di daerah
sekitar pariwisata. Seperti kejahatan seksualitas yang diduga kini masih saja
terjadi di daerah sekitar pariwisata. Berdasarkan hasil survey Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) NTB pada tahun 2013 ini menemukan ada 13 tempat
pariwisata di pulau Lombok yang berpotensi dijadikan sebagai pariwisata seks
seperti di kawasan Senggigi, Gili Trawangan, Kute dan Sekotong. Korbannya ialah
tidak hanya orang dewasa namun juga anak-anak yang masih di bawah umur.
Dikonfirmasi Suara NTB Rabu pagi (27/11), kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Disbudpar) NTB, Muhammad Nasir mengaku belum mengatahui adanya hasil survey
yang dilakukan oleh LPA NTB. Dirinya mengaku cukup kaget mendengar hasil survey
tersebut “saya belum tahu kalau ada indikasi tersebtu”. Diungkapkan oleh Nasir
bahwa pihaknya dalam mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan tersebut
sudah mempunyai standar-standar khusus. “kita semua mempunyai tugas
masing-masing, Disbudpar bertugas mendorong agar tercipta dan berkembangnya
pariwisata. Sedangkan kepolisian bertugas mengamankan daerah pariwisata
tersebut, jadi masing-masing punya tugasnya” terang Nasir.
Untuk mengantisipasi agar praktik
esek-esek yang kerap melibatkan anak di bawah umur tersebut, Nasir mengaku
selama ini memang belum melakukan upaya-upaya proteksi baik dengan pihak
perhotelan maupun dengan pihak lainnya. “kalau MOU dengan GM hotel-hotel di
sekitar daerah pariwisata selama ini hanya sebatas pada kerjasama terkait pada
persoalan pentingnya pihak hotel mengakomodasi makanan-makanan tradisional
sebagai khas daerah NTB, di luar itu belum ada”.
Namun ungkapnya, jika kemudian
praktik esek-esek tersebut benar-benar ada, dirinya meminta semua pihak untuk mengantisipasi
agar praktik tersebut tidak berkembang luas.
“kita harapakan peran serta masyarakat luas agar ikut berpartisipasi
mencegah berkembangnya praktik kotor tersebut”. (dys)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar