KANGGOK'M TADAHN ?

Selasa, 04 Februari 2014

Rendah Kesadaran Memberikan ASI Eksklusif Terhadap Anak


Masih rendahnya kesadaran perempuan NTB untuk memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif terhadap anak-anak mereka ternyata berdampak terhadap kualitas tumbuh kembang anak. Padahal bagi seorang perempuan, memberikan ASI eksklusif merupakan kodrat mereka sebagai seorang perempuan.

Disebutkan oleh Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) NTB, T. Wismaningsih D, salah satu faktor penyebab masih rendahnya keinginan perempuan untuk memberikan ASI eksklusif terhadap anak-anak mereka ialah karena murni ketidakpahaman akan manfaat ASI eksksulif bagi anak. Padahal jika mereka paham manfaat pemberian ASI eksklusif sesuai dengan batas waktu yang ditentukan, tentunya mereka akan menyusui anak mereka sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Selain masih belum paham akan manfaat memberikan ASI eksklusif bagi anak, faktor lain akunya ialah karena tren masa kini. “Ada tren sekarang ini bagi ibu-ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif bagi anak-anak mereka, hal itu dipengaruhi oleh faktor tekhnologi dan adanya trend setter pada figur tertentu yang tidak memberikan ASI”. Padahal jika masyarakat memahami fungsi ASI bagi seorang anak sangat banyak. Pemberian ASI eksklusif sebutnya mampu membuat pertumbuhan dan perkembangan otak anak maksimal. Kecerdasan anak akan bisa tumbuh secara maksimal jika diberikan ASI eksklusif mulai dari umur 0 sampai 6 bulan tanpa ada tambahan apa-apa. “Kalau ASI eksklusif menurut agama kan 2 tahun”.

Lebih lanjut Wismaningsih mengungkapkan bahwa menyusui bagi seorang perempuan merupakan kodrat yang harus dipenuhi. Ia tidak sepakat jika selama ini ada yang menyebut bahwa menyusui sebagai peran dan fungsi perempuan terhadap anak. “Jadi itu lebih kepada kodrat perempuan yang harus dipenuhi bukan peran fungsi perempuan, oleh karena itu harus dipenuhi demi kebaikan anak. Jika perempuan paham bahwa memberikan ASI kepada anak ialah suatu kodrat, maka nggak usah ada perda atau pun program gerakan menyusui”.  Ia juga menyebut dengan adanya kasus gizi buruk di NTB dan masih rendahnya kualitas pendidikan bisa jadi disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat untuk memberikan ASI secara eksklusif bagi anak-anak. (dys)



Tidak ada komentar: