Mataram- Bumi Gora Institute kembali menggelar diskusi. Kali ini
diskusi berlangsung di Aula Kemenag Lobar pada Senin (27/3). Hadir pada
kesempatan itu 100 peserta berasal dari berbagai elemen masyarakat mulai
dari unsur kepemudaan seperti KNPI, BEM, OKP, dan perwakilan
masing-masing desa di Kabupaten Lombok Barat.
Mengambil tema "Dampak Pertambangan Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat", diskusi menghadirkan sejumlah narasumber yaitu Wakil Ketua
DPRD Lobar Sulhan Muchlis, ST., Direktur Walhi NTB Murdani MH.,
Perwakilan Dinas ESDM Provinsi NTB, dan Alfiana, ST., M.Eg., pakar
pertambangan Universitas Muhammadiyah Mataram.
Direktur Bumi Gora Institute Samsul, dalam sambutannya
mengemukakan bahwa aktivitas tambang galian C dan pengolahan emas di
sejumlah lokasi terutama di Kabupaten Lombok Barat dianggap sebagai
salah satu pemicu potensi kerusakan lingkungan.
Potensi kerusakan lingkungan tidak hanya menyasar areal
sekitar tambang, tetapi juga sekitar pemukiman warga tempat pengolahan
hasil galian C tersebut. Dampak lainnya ialah adanya ancaman bencana
longsor akibat aktivitas tambang galian C itu.
Sementara Direktur Walhi NTB Murdani MH., dengan tegas
menolak segala aktivitas tambang yang ujung-ujungnya tidak mampu membuat
masyarakat sejahtera. Murdani menjelaskan masih adanya kawasan hutan
yang digunakan untuk aktivitas pertambangan baik di Lombok Barat dan
Sumbawa yang kini masih bermasalah.
Adapun soal galian C yang ada di 10 kecamatan yang berada
di Kabupaten Lombok Barat, tentu ini masih menjadi pro kontra di tengah
masyarakat Lombok Barat. Hanya saja pro kontra ini tidak mampu dikelola
dengan baik oleh pemerintah saat ini sehingga persoalan-persoalan di
lingkar tambang galian C tetap ada sampai saat ini.
Sementara di satu sisi, aktivitas penambangan emas, hampir
sama masalahnya diseluruh Indonesia. Apapun bentuk aktivitas
pertambangan tersebut baik dalam skala kecil maupun skala besar pasti
akan bermasalah karena pertambangan berdampak pada terjadinya pencemaran
lingkungan sekitar.
"Karena apapun namanya pertambangan ini akan menggunakan
zat kimia. Dampak negatifnya sungguh tidak bisa dibendung, memang
merkuri tidak nampak tapi merkuri ini mengendap ke tanah sehingga saya
berkeyakinan 10 tahun kedepan akan terasa dampak negatifnya," ujarnya.
()
Tidak ada komentar:
Posting Komentar