KANGGOK'M TADAHN ?

Kamis, 12 Oktober 2017

Akibat Gadget, Anak-anak di NTB Rawan Kebutaan


Penggunaan gadget secara berlebihan mengakibatkan gangguan pada mata, terutama banyak menyerang anak-anak di NTB yang menjadikan gadget kini sebagai gaya hidup.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB
dr. Nurhandini Eka Dewi, menyebut gangguan penglihatan kini rentan terjadi pada anak-anak akibat penggunaan gadget berlebihan dan tidak sehat.

Selain itu berdasarkan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) 2014, didukung oleh Fred Hollows Foundation, diketahui bahwa NTB merupakan Provinsi dengan prevalensi kebutaan tertinggi kedua di Indonesia yaitu 4 persen pada orang dewasa berusia lebih dari 50 tahun.


Selain masih terkonsentrasinya layanan kesehatan mata di Mataram, tingginya angka kasus gangguan penglihatan di NTB juga disebabkan oleh masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mata serta masih terbatasnya tenaga kesehatan dalam sistem layanan kesehatan mata.

Pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan mata di NTB. Seperti pemerintah telah memiliki banyak layanan kesehatan mata termasuk (BKMM) telah memiliki banyak layanan kesehatan mata termasuk Balai Kesehatan Mata Masyarakat yang secara khusus melayani kesehatan mata masyarakat NTB.

"Namun, untuk kesehatan mata khusus pada anak, kami memiliki kendala keterbatasan baik tenaga, sarana dan prasarana pendukung pelayanan. Untuk itu kami sangat mengapresiasi dukungan program Seeing is Believing untuk meningkatkan kapasitas fasilitas dan tenaga yang sudah ada, dan meningkatkan penjangkauan pelayanan kesehatan mata untuk anak-anak dan masyarakat di NTB," ungkap Nurhandini Eka Dewi, di sela-sela peringatan hari penglihatan sedunia, Kamis (12/10).

Standard Chartered Bank (Bank) mulai hari ini meluncurkan Program Seeing is Believing di NTB. Kegiatan peluncuran tersebut diikuti dengan kegiatan skrining untuk siswa kelas1, 2, dan 3 pada SDN 11 Mataram. Selain itu, pada kesempatan itu puluhan siswa diberikan kacamata gratis bagi anak-anak yang telah memperoleh skrining dan diberikan langsung Wakil Gubernur NTB H. Muhammad Amin, Wakil Walikota Mataram, H. Mohan Roliskana yang hadir di acara tersebut.

Country Head Brand Marketing sekaligus Perwakilan Manajemen Standard Chartered Bank Indonesia Rosalinda Hoesin, dan East Asia Regional Director The Fred Hollows Foundation (FHF) dr. Phuc Huynh Tan menyebut Program Seeing is Believing merupakan inisiatif global Standard Chartered Bank untuk mencegah kebutaan di komunitas-komunitas dimana Bank beroperasi.

Program yang telah berhasil mengumpulkan dana sebesar USD 95 juta dan menyentuh sedikitnya 150,3 juta penerima bantuan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya kebutaan dan cacat penglihatan

Di NTB, Program Seeing is Believing akan diimplementasikan oleh Fred Hollows Foundation sampai 2020 dan akan menyasar lima Kabupaten/Kota yaitu Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Sumbawa Barat.

Program ini menargetkan untuk menyentuh sekitar 550,000 siswa dan 3,500 guru di 3.500 SD dan SMP untuk mendapatkan skiring pelatihan dan akses terhadap layanan kesehatan mata. Selain itu, program ini juga akan memberikan pelatihan kepada para tenaga kesehatan dan penyediaan peralatan screening di 97 Puskesmas.

Salah satu fokus utama dari program Seeing is Believing di NTB adalah menciptakan sistem yang berkelanjutan di wilayah sekolah dan komunitas.

Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kapasitas para guru untuk mengedukasi orangtua dan siswa akan pentingnya kesehatan mata serta memberdayakan petugas kesehatan lokal untuk mengajarkan para guru mengenai dasar skrining kesehatan mata, sehingga semua siswa memperoleh skrining dan siswa yang mengalami gangguan penglihatan untuk kemudian diberikan rujukan ke layanan kesehatan yang tepat.

dr. Phuc Huynh Tan menambahkan, mata merupakan salah satu aset penting bagi anak-anak. Gangguan penglihatan seperti kebutaan dan low akan berpengaruh terhadap proses belajar dan tumbuh kembang anak yang kurang maksimal.

Lebih jauh, hal ini juga akan berdampak pada perilaku dan mempengaruhi partisipasi mereka dalam aktivitas fisik dan sosial.

Program ini memastikan bahwa anak-anak akan memperoleh kesempatan yang sama untuk pendidikan dan tidak akan ada seorangpun anak yang tertinggal.

Wakil Gubernur NTB M. Amin dalam sambutannya mengapresiasi lembaga- lembaga donor internasional yang telah memberikan perhatian pada keaehatan mata anak-anak di NTB.

Dirinya menyebut peringatan hari penglihatan sedunia ini sebutnya mengandung makna yang sangat besar manfaatnya mengingat mata sebagai salah satu organ yang berperan besar dalam kehidupan manusia.

"Pentingnya mata dalam seluruh proses kehidupan oleh karena penting bagi semua orang syukuri nikmat penglihatan ini," pesan Amin.

Selain itu Amin menyebut nerdasarkan angka penderita gangguan penglihatan di dunia yang mencapai angka 19 juta merupakan angka yang mengkhawatirkan ditambah dengan kenyataan bahwa satu dari tiga anak alami kebutaan di daerah-daerah yang tingkat pendapatannya menengah ke bawah.

"Sehingga perlu diproteksi dan intervensi untuk hindari kebutaan. Orang tua punya tanggungjawab menjaga anak agar mata mereka tetap sehat," tukasnya. (d)

Tidak ada komentar: