KANGGOK'M TADAHN ?

Rabu, 19 Desember 2012

THE POWER OF WRITING





DARSONO YUSIN SALI

Menulis sperti yang didifinisikan oleh hernowo adalah “menulis, menulis dan menulis” menulis menurut sebagian orang merupakan pekerjaan sulit yang hanya mungkin dikerjakan oleh orang-orang yang secara primordial punya potensi untuk menjadi penulis. Sehingga dengan cara pandang yang demikian, maka aktifitas yang satu ini amat menyeramkan. Namun begitu, menulis sebenarnya merupakan pekerjaan mental. Artinya  lebih kepada persoalan psikologi seseorang. Hambatan menulis seringkali dihadapi oleh seseorang jika dalam tindak laku kesehariannya tidak terbiasa melakukan aktifitas ini.
Sebagai seorang mahasiswa yang setiap harinya dijejali oleh berbagai macam tugas, baik tugas individu maupun kelompok. Dengan segudang aktifitas tersebut, maka pekerjaan membaca, menulis merupakan aktifitas mendasar dan menjadi kebutuhan bagi setiap mahasiswa.

Ada tiga aktifitas mendasar bagi mahasiswa; membaca, sebagai individu yang mempunyai nama yang cukup prestisius akfitas membaca merupakan aktifitas yang sangat mendasar bagi mahasiswa. sebagai agen of change yang nantinya mempunyai segmentasi, mahasiswa dituntut untuk mampu memberikan tawaran-tawaran super hebat problem solving dalam menyelesaikan problem yang muncul di tengah-temgah masyarakat, tanpa aktifitas membaca, kita sebenarnyua sedang jalan dalam kebutaan sebagai layaknya tugas seorang mahasiswa. aktifitas membaca merupakan aktifitas mental. Aktifitas sedrerhana dan standar bagi mahasiswa.  Anehnya meskipuin sangat standar aktifitas ini sangat jarang diminati oleh kebanyakan orang, kenapa demikian? Lagi-lagi ini persoalan mendasar bagi semua duta-duta pembaharu.

Kegiatan membaca yang tidak dilakukan sejak dini bisa dipastikan akan menjadi tradisi sampai anak tersebut dewasa. Kebiasaan yang dijalankan sejak dini  semisal pada saat anak duduk di bangku SD akan  terbawa sampai jenjang yang lebih tinggi baik SMA dan selanjutnya  ketika kelaknya menjadi mahasiswa. Aktifitas membaca sebenarnya aktifitas yang dijalankan untuk mengetahui dunia , baik  dunia eksternal maupun internal. Lewat aktifitas membaca  inilah kita bisa mengetahui  betapa sangat luasnya dunia, tidak seperti yang terlihat oleh mata kepala.

Mendiskusikan hasil bacaan yang telah dikonsumsi akan menjadi bermakna dan menambah kekayaan refrensi manakala terus di up-date dengan bertukar pikiran dengan  banyak otak yang tentu mempunyai historisitas yang berbeda. Lewat berdiskusi kita akan semakin kaya dengan aneka pengetahuan dan informasi-informasi baru. Dengan demikian tawaran yang akan diberikan akan sangat kaya untuk menyelesaikan berbagai masalah yang muncul di tengah-tengah realitas umat. Namun demikian pola diskusi yang hari ini dijalankan harus dirubah karena orientasi yang biasanya muncul adalah ingin mengalahkan lawan diskusinya, sehingga tidak jarang dalam proses diskusi yang berlangsung tidak memperoleh apa-apa. Pola diskusi yang orientasinya seperti di atas akan membuat kita buta dengan beragamnya perspektif yang ada. Tidak ada hal yang lebih menarik untuk didiskusikan  kecuali untuk mengalahkan lawan diskusi kita. Ini merupakan orientasi  yang biasa jadi akan muncul ditengah-tengah peserta diskusi.

Dari pola yang demikian harus berubah ke pola cinta love yang ditujukan untuk melihat pluralitas perspektif  yang muncul di antara peserta diskusi. Namun diskusi dengan pola yang demikian  tidak bisa terlepas  dari adanya rasa cinta yang mendasarinya terlebih dahulu. Cinta dalam dialog harus terus dijalankan  untuk membuka wawasan. Dimungkinkan dengan didasari oleh rasa cinta ini kita akan mampu melihat realitas  dunia yang sangat beragam. Lewat keragamnnya itulah kita akan melihat begitu sangat luasnya perspektif yang ada. Cinta dalam bahasanya Budhi Munawar Rahman merupakan bentuk trandensi dari kualitas-kulaitas yang miliki oleh tiap-tiap manusia.

Dialog merupakan jalan untuk menemukan cinta, lewat cinta kita akan mampu membuka mata kekayaan dunia. Pola hubungan yang pertama biasanya bersifat cari untung (untuk salah satu pihak), mengapa demikain? karena biasanya pola interaksi yang dibangun didasari oleh semangat kepentingan diri pribadi, ketidakmampuan melihat lawan interaksi sebagai bagian tak terpisahkan dari diri merupakan penyebab  timbulnya pola hubungan yang demikian. Sehingga lawan interaksi tidak lebih dari bahan material belaka tidak jauh beda denga kayu, batu, tanah dan lain-lain. sedang untuk pola hubungan yang kedua bersifat mutual artinya menguntungakn  kedua belah pihak  dan hal tersebut sebagai sebuah konsekuensi dari rasa cinta kasih sayang, simpati, empati, dari model interaksi yang dibangun.

Menulis, aktifitas standar yang terakhir dari serangkaian kerja intelektual adalah menulis sebagai bentuk dokumentasi dari hasil bacaan dan diskusi yang kita jalankan. Menulis sebagai sebuah aktifitas mental harus diartikan sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. Nilai-nilai kebaikan tersebut harus disertai oleh sikap jujur dan toleran. Jujur di sini diartikan sebagai sebuah sikap penegasan tentang nilai-nilai kebaikan tersebut, sebagaimana yagn diungkapkan oleh Hernowo bahwa menulis merupakan aktifitas mental. Artinya kalau yang kita mau tulis merupakan kebaikan, maka hal tersebut pula diyakini sebagai hal yang baik yang kemudian diekspresikan dalam bentuk tulisan. Menulis yang didasari oleh rasa kebaikan dan kejujuran merupakan bentuk konkrit dari proses transendensi diri kita sebagai wakil tuhan di muka bumi yang membawa visi kebaikan bagi semesta alam rahmat lilalamin.

Aktifitas sederhana tersebut seharusnya menjadi penghias aktifitas keseharian bagi kita sebagai mahasiswa. Jika demikian maka sebenarnya kita tidak lebih dari sekedar “tarzan-tarzan” yang masuk kota lupa tentang eksistensi diri, lupa dengan visi mereka.
Krisis visi yang hari ini terjadi pada diri mahasiswa merupakan masalah besar bangsa ini. mengapa demikian? Karena bisa kita bayangkan prosoes regenerasi kepemimpinan bangsa ini kedepan akan diisi oleh mental-mental “tarzan-tarzan” yang masuk kota tersebut, lalu mau jadi apa kedepannya? Karena bagaimanapun juga wajah dari suatu bangsa ke depan merupaka realitas para pemudanya hari ini.
*****

MENGATASI HAMBATAN MENULIS
Kembali ke titik poin dalam tulisan ini, menulis sebagai yang diungkapkan oleh sebagian orang adalah kerja intelektual yang cukup berat yang hanya bisa dikerjakan oleh orang-orang tertentu saja yang notabenenya sudah mempunyai bakat alam. Cara pandang di atas merupakan cara pandang yang sebenarnya sudah tidak jamani lagi.
Apa yang sebenarnya kebanyakan orang pikirkan merupakan ekspresi dari kemampuan kita menerjemahkan realitas kedirian kita. Ketika kita berpikir tentang hal-hal yang baik dalam diri kita, maka sebenarnya kita sedang menerjemahkan diri kita baik dan begitu juga sebaliknya.

Persoalan menulis merupakan perkara kemauan saja, karena secara potensial semua orang memiliki bakat yang relativ sama, Cuma bedanya adalah ekspresi ketika mebgejwantahkan  bakt-bakat tersebut. Penghambat terbesar kemajuan dalam diri kita sebenarnya adalah lebih kepada faktor diri kita sendiri. Bukan faktor-faktor eksternal yang justeru hanya sebgai intrumen semata. Kepercayaan diri yang tinggi bahwa kita mempunyai segudang potensi dengan spesifikasi kerja yang luar biasa hebat, akan berpengaruh terhadap cara pandang kita yang selanjutnya akan berdampak positif pada ranah tindakan. Menghakimi diri sendiri sebagai orang yang tidak memiliki bakat terhadap aktifitas-aktifitas yang kita buat akan berdampak pada hilangnya kreatifitas sebagai hamba yang kreatif untuk melakukan berbagai macam hal. Menghakimi diri sebagai bentuk apologi atas ketidaksiapan menerima bakat dan menerima kenyataan bahwa kita mempunyai potensi yang luar biasa akan membawa pada keterkungkungan berpikir passion of mind yang konyol.
Begit juga denga bakat yang satu ini (menulis) sedikitnya ada tiga hal yang perlu diperhatikan ketika menulis;

Pertama, menulislah dan terus menulis tanpa ada kata tidak bisa, terserah apa yang hendak mau ditulis yang penting tulis dan tulis. Lewat pembiasaan akan berdampak pada sistematisasi  tulisan yang dibuat. Jangan pernah takut untuk menulis karena ia adalah hak setiap orang, maka manfaatkan hak tersebut untuk kebaikan banyak orang.

Kedua, menulislah dengan emosi kepercayaan anda, karena tidak sedikitpun apa yang akan anda tulis adalah bagian dari moral yang mengikat. Kebenaran merupakan nilai mutlak yang harus dijunjung tinggi oleh seseong yang ingin menulis, sehingga tidak sedikitpun isi content yang ingin ditulis bermuatan nilai-nilai ketidakjujuran.

Ketiga, membaca sebagaimana disebut pada awal tulisan ini, bahwa aktifitas menulis selau berjalan berkelindan dengan aktifitas membaca. Kurangnya refrensi merupakan penyakit khusus bagi yang mau menulis, sehingga tidak jarang orang sering terseok-seok   di tengah-tengah tulisan dalam menulis. Sering membaca memungkinkan kita memperoleh banyak refrensi, banyak refrensi akan memperkaya khazanah  kata-kata ataupun kalimat ketika nantinya menyusun dalam bentuk tulisan. Semakin banyak membaca, maka kemungkinan menulis akan semakin produktif, sebagaimna yang diungkapkan oleh Stephan King “jika anda tidak punya waktu untuk membaca, maka anda tidak punya kesempatan untuk menulis”. Kekuatan menulis terletak pada kepercayaan kita bahwa kita adalah orang-orang yang dititipi oleh Tuhan aneka rgam bakat termasuk di antarnaya menulis.
*****

MENGAPA MENULIS ITU PENTING?
Ada yang unik ketika kita mempelajari sejarah, setiapkali mempelajarinya kita diajak untuk mengalami dan merasakan fakta sejrah tersebut. Kondisi demikian saya pikir tidak akan muncul ketika berbagai macam fakta sejarah yang ada tidak terdokumentasi dengan baik. Sebagai masa yang saat itu tidak memiliki alat tulis sebagaimana sekarang dokumentasi dilakukan dengan seadanya. Sebagai contoh konkrit, ketika al-Qur’an diturunkan alat dokumentasi secara sederhana dilakukan dengan menulisnya di atas pelepah kurma, di atas tulang belulang. Hal itu itu dilakukan untuk mengantisipasi sekiranya para penghafal huffaz meninggal dunia karena ikut dalam berbagai peperangan.

Menulis dalam konteks sekrangpun demikian, dengan timbulnya berbagai macam pemikiran dan ide-ide yang ada, maka mendokumentasikannya dalam bentuk tulisan menjadi sangat perlu. Karena kebutuhan akan pemenuhan kondisi keilmuan yang selalu mengalami proses dialektika (tesis-antitesis-sintesis), sehingga ketika munculnya pemikiaran-pemikiran baru bisa terlihat oleh generasi yang akan datang lewat dokumentasi tulisan tersebut. Selain itu menulis menjadi sangat perlu karena tidak setiap orang mempunyai ingatan yang kuat. Oleh karena itu menulislah untuk mengetahui perjalanan hidup diri kita. Karena stiap orang menulis tidak dalam kondisi yang hampa baik ruang dan waktunya (historisitas). Bisa jadi ketika menulis seminggu, sebulan atau setahun kemudian. Sehingga mengamati perkembangnan proses kehidupan kita akan menjadi hal yang sangat menarik dengan mengamatinya lewat karya tulis yang kita buat.

********


Memori Indah di Tanjung Gunung, Gerung Selatan (Posko KKP)
 15 Agustus 2010 Pukul 00.23 Wita

Tidak ada komentar: