Oleh :
Prof. Dr. Darsono Yusin Sali, MA*
Tidak terasa kita sudah berada
dipenghujung Tahun 2012, tahun yang oleh sebagian peramal dan penafsir kalender
tahun maya disebut-sebut sebagai tahun berakhirnya bumi alias kiamat, maka tak
pelak banyak diantara orang-orang yang mempercayainya mempersiapkan diri untuk
menjemput kiamat yang dipastikan oleh mereka terjadi pada 21 Desember 2012 ini.
Ada yang membuat bunker pelindung dan penampung dari serangan dan terpaan
marabahaya, di Cina seorang pemuda menghabiskan tabungannya hanya untuk membuat
perahu semisal Nabi Nuh yang menyelamatkan kaumnnya dari bencana dan azab Allah
Swt. Selain itu, di Guetamala dan Meksiko tempat Suku Maya berdiam, pemerintah
setempat mempersiapkan panggung hiburan dan ritual untuk menyambut datangnya
kiamat yang mengerikan itu, maka tak heran pemerintah Guetamala menyediakan
berbagai paket-paket untuk para wisatawan yang mau datang mengikuti menyambut
hari datangnya kiamat. Diperkirakan saat itu ada sekitar 9000 wisatawan akan
menghadiri upacara sakral tersebut. Mulai dari kelas Vip, eksekutif sampai
ekonomi tersedia bagi pengunjung. Di
negara kita sendiri, tak sedikit yang mencoba-coba ikut meramal dan memberikan
interpretasi terkait fenomena ramalan kiamat ini, mulai dari mencoba
mempertautkan berbagai fenomena alam menjadi seolah-olah ikut mengamini
berbagai ramalan tersebut. Jauh-jauh hari sebelum itu, di Amerika, produksi
perfilman dunia dikagetkan dengan munculnya Film 2012 yang menggambarkan
tentang kehancuran bumi akibat ganasnya dampak kiamat yang diramalkan terjadi
pada akhir tahun ini. Dan banyak analisis lagi lainnya dibelahan bumi ini.
Namun, usut demi usut, ternyata
indikasi kuatnya muncul permainan kapitalis pada isu yang dibuat tersebut
menguat ketika sejumlah anggota Suku Maya Guetamala memperotes Kementerian
Pariwisata dan Budaya setempat yang diaanggap telah melecehkan Suku Maya karena
telah membuat isu menyesatkan dan sangat berbau kapital. Akhirnya tanggal 21 Desember
kemarin pun lewat dan berlalu begitu saja tanpa ada sesuatu apapun yang terjadi
selamatlah umat manusia di muka bumi, namun begitu, bersoraklah kapitalis yang
telah memenangkan isu tersebut.
*******
Tahun 2012 bagi saya dalam hal
asmara merupakan tahun perjuangan, betapa tidak sebagai seorang pengurus dan
manusia biasa yang mempunyai normalitas lebih dari cukup dihadapkan pada
pilihan apakah hubungan yang saya jalani mau di publis atau tidak? Jelas
keduanya mempunyai konsekuensi yang tidak sedikit mengahabiskan pikiran dan
tenaga.
Konsekuensi bagi yang pertama
ialah berkenaan dengan etika publik bagi saya sebagai pimpinan dihadapan para
anggota yang saya pimpin. Sehingga demikian, sikap kehati-hatian dari pilihan
ini sangat diperlukan, karena jangan sampai anggota yang kita pimpin merasa
kurang berkenan hati dengan pemimpinnya akibat sudah ada pilihan batinnya.
Namun sikap positif yang bisa diperoleh ialah orang lain akan merasa sungkan
dan malu jika berkeinginan merebut hati yang sudah dimiliki oleh orang lain.
paling tidak inilah harapan saya sehingga mempublis hubungan yang selama ini
saya diamkan. Kalau ada yang mau bermain-main dengan terhadap sikap yang sudah
saya buat di atas, maka itu urusan lain bagi manusia yang sudah kehilangan rasa
malunya.
Konsekuensi bagi yang kedua
ialah akan memunculkan kerentanan terhadap pasangan kita, karena orang lain
tidak tahu kalau hatinya sudah menjadi milik kita, rentannya ialah orang lain
yang tidak mengetahuinya akan suka main serobot kiri kanan. Namun postifnya
kita terhindar dari keburukan etika publik dari yang diprasangkakan oleh orang
lain.
Setidaknya kedua sikap tersebut
telah saya tunjukkan dalam menjalin hubungan asmara tersebut selama Tahun 2012
ini, namun sayang apa yang saya rencanakan dan pikirkan tersebut tidak seideal
dibenak saya. Dipublis atau tidak dipublis, ternyata sama saja, masih banyak
manusia-manusia yang tidak tahu malu, tidak tahu diri, manusia-manusia dengan
karakter suka main serobot, keras kepala, tidak mengerti arti persahabatan,
manusia-manusia dengan tipikal suka makan tanaman dan pagar orang lain kalau
bahasanya Mansur S. Itulah yang saya hadapi disepanjang Tahun 2012 ini. selain
itu, muncul manusia-manusia dengan sikap inkonsistensi dari apa yang selama ini
didiskusikan dan dibicarakan, jauh sekali dari harapan yang terpatri dari lubuk
hati sebelum mengambil pilihan untuk mempublisnya dass solen dan das
seinnya. Benar-benar kutemukan manusia yang tidak tahu malu pada tahun ini.
****
O iya, saya jadi ingat dengan apa
yang Rasulullah Saw beberapa Abad silam sampaikan berkaitan dengan kategori
manusia yang kuat. Dalam salah satu haditsnya beliau bersabda yang intinya (maklum
penulis gak terlalu hapal), ternyata orang yang paling kuat dihadapan Allah Swt
bukan orang yang mempunyai tubuhyang kekar, tenaga yang kuat, namun kategori
yang kuat menurut Agama ternyata ialah orang yang mampu meredam amarah saat ia
marah. Subhanallah, sebuah kategori sederhana dan ringan namun tidak
sesederhana dan seringan yang disebut. Setidaknya itulah yang melekat dalam
diri saya selama ini yaitu suka marah, tempramen dan jumping conclution (suka
mengambil keputusan meloncat).
Sebuah dialog terjadi ketika saya
berkunjung ke salah satu alumni, dapatkah seorang yang sedang marah disebut orang Islam? Agak lama
beliau terdiam, sambil menghela napas melanjutkan penjelasannya, sementera Islam
itu ialah agama kedamaian, keamanan, dan kepasrahan. Lalu di mana posisi orang
yang tersebut dihadapan terminologi Islam yang seperti itu?
Saya pikir, benar juga, kalau
benar-benar berislam, maka sikap tercela semisal marah tadi tidak akan terjadi
pada diri Kaum Muslim. Marah erat sekali dengan perbuatan Syetan lanjutnya
karena pada dasarnya orang yang marah sedang memperturutkan hawa nafsunya Inna
An-Nafsa La’amratan Bissu’i. Pembahasan cukup sampai di sini, karena saya
tidak mau terlalu jauh dianggap sebagai Syetan karena memiliki sikap tempramen
tinggi dan suka marah. Setidaknya, menahan amarah akan menjadi salah satu
resolusi di Tahun 2013 ini.
***
Dipenghujung tahun ini juga, Ariel Peterpan dibebaskan dari
penjara oleh kesalahannya yang dengan
segenap hati dan berislam mencabuli dua artis cantik Luna Maya dan Cut Tari yang
juga sama-sama telah berislam juga melakukan hubungan badan yang disaksikan
oleh Jutaan masyarakat luas. Sebuah pertunjukkan spektakuler dan terbesar Abad ini.
bahkan menjadi headline berita di salah satu media massa Amerika Serikat.
Dipenjara kurang lebih 2,5 Tahun tidak membuat pamor sang mega bintang Peterpan
ini redup. Di dalam jeruji besi, Ariel membangun pesonanya dihadapan para napi
lainnya, menciptakan lagu, menghibur napi yang sebagian besarnya ialah
menderita penyakit global stresssss yang telah lebih dahulu diramalkan dan
dinyanyikan oleh Bung Haji Roma Irama (Calon Presiden kita di Pilpres 2014
mendatang, katanya sih).
Inilah patologi sosial yang nyata
di depan mata kita, ketenaran Ariel mampu mengalihkan justifikasi buruk seorang
perusak moral masyarakat menjadi sosok luar biasa dan dipuja-puja. Aneh,
penzina kok disanjung-sanjung. Bahkan ketika keluar tahanan pada akhir Bulan
Juli lalu, gegap gempita media masa infotaintmen memberitakan kebebasan sang
mega bintang Ariel. Ratusan penggemarnya terutama remaja kaum hawa yang
terhipnotis oleh lagu Daranya ariel menunggu berhari-hari di luar penjara
sambil membentangkan spanduk bertuliskan i love u ariel. Wow fantastis
***
Lain Ariel lain lagi dengan Aceng
HM. Fikri, bupati garut yang kini menjadi momok tidak hanya masyarakat Kota
Garut namun juga Indonesia secara umum. Kasus pernikahan singkatnya dengan
seorang gadis selama empat hari memaksa DPRD Kota Garut memakzulkannya dari
kursi Bupati meskipin pemilihan belum akan digelar. Yang menarik dari fenomena Aceng
ini ialah sakralisasi pernikahan dan pemahaman seorang pejabat publik ketika
berada diruang-ruang publik dan ruang privat yang masih sangat sederhana.
Mana yang disebut sebagai ruang
publik dan ruang privat?
Bagi seorang pejabat publik,
kedua ruang ini harus benar-benar dipahami sehingga nantinya mampu beradaptasi
dengan kedua ruang ini. dengan kata lain, mampu menempatkan dirinya sebagai
pribadi yang sedang berada di ruang publik dan pribadi yang sedang berada di
ruang privat. Sebagai pejabat publik, terkadang agak sulit melihat mana daerah
yang masuk kategori ruang publik dan privasi. Kasus Aceng misalkan, selain
sebagai pejabat Aceng juga seorang manusia biasa yang mempunyai kesamaan dengan
manusia pada umunya. Perkawinannya yang singkat di satu sisi mencerminkan Aceng
sebagai manusia yang sama pada umumnya, yaitu mau menikmati hidup dengan enak,
butuh kesenangan dan lain sebagainya, dan itu sah-sah saja karena sangat
manusiawi, namun ada satu hal yang tidak bisa dipahami oleh Aceng ialah
keberadaannya sebagai publik pigur, pemimpin masyarakat yang harusnya
memberikan contoh dan tauladan yang baik, ini yang belum dipahami oleh Aceng.
Sehingga kadangkala urusan privasi sering masuk ke urusan publik. Kondisi ini
benar-benar harus clear dipahami oleh seorang pejabat publik sebelum
nantinya memimpin. Dalam salah satu wawancara dengan stasiun televisi, Aceng dengan
nada landai dan santai tanpa merasa bersalah mengatakan,” ini merupakan bentuk
kejahatan politik dari lawan-lawan politiknya. Mengapa urusan pribadi saya kok
ditarik-tarik ke ranah politik? Seharusnya ini diselesaikan secara kekeluargaan
dan itu sudah selesai saya lakukan pasca islah kemaren”. Paparnya.
Satu poin penting dari
komentarnya Aceng tersebut ialah terjadi
pemisahan antara ranah politik dan pribadi. Dalam Islam dan sejarah-sejarah
peradaban Agama, fenomena pemisahan antara hak publik dalam hal ini ialah
politik dengan struktur kehidupan masyarakat secara individual seperti ini
disebut sebagai Sekulerisasi. Proses Sekulerisasi
dalam sejarahnya pertama kali muncul di Abad pertengahan di Eropa Barat. Hal
ini dilakukan oleh kaum intelektual yang secara tegas menunjukkan pertentangan
terhadap dominasi kaum Rohaniawan Gereja yang secara Teologis-Dogmatis menguasai
proses berpikir umat Kristiani waktu itu. Atas nama kemajuan ilmu dan
pengetahuan, maka pilihan untuk memisahkan diri dari kebijakan-kebijakan Greja demi
kemajuan harus diambil. Betapa tidak, Gereja sebagai institusi keagamaan Kristen
dengan langkah tegas menghukum siapa saja yang dianggap telah melanggar
keputusan-keputusan Gereja (inquitition).
Sekulerisasi dalam persepktif
agama cenderung melihat agama sebagai tidak semata-mata dapat menyelesaikan
semua problem yang dihadapi oleh masyarakat, mengapa demikian? Karena banyak
dogma-dogma dalam agama yang kemudian secara final diterbitkan oleh para
pemukanya yang tidak lagi jamani melihat perkembangan sosial dan budaya
masyarakat sekitar. Akibatnya, agama menjadi kerdil tidak lagi mampu menjawab
tantangan kehidupan sosial umat manusia. Maka dalam kondisi yang seperti inilah
manusia membutuhkan proses Sekulerisasi tersebut agar menjadi tawaran terhadap
problem kemanusiaan yang sedang dihadapi. Apa yang disampaikan oleh Cak Nur pada
ceramahnya tahun 1997 di TIM membuat orang terperanjat dengan ide mengejutkan
ini. ide Sekulerisasi bagi Cak Nur ialah ide tentang manusia yang membutuhkan
kemajuan. Kemajuan dari cara berpikir dan bertindak umat manusia. Lebih
tepatnya, Sekluerisasi akan menciptakan manusia-manusia progres yang
selalu berpikir tentang masa depan. Masa depan umat manusia itu tepatnya.
Bagaimana masa depan agama?
Agama oleh sebagian tokoh disebut
akan mewabah kembali pada Abad 21 ini, artinya perbincangan terhadap persoalan
agama akan selalu membuat orang terpancing dan fenomena ini akan menjamur.
Sehingga Abad 21 ini disebut sebagai Abad kembangkitan agama. Persoalannya
ialah, proses Sekulerisasi sebagaimana di atas ditentang oleh tidak sedikit
orang, wajar saja jika ditentang mengingat sudah sekian abad terasupi oleh
kondisi statis dogmatis seperti di atas. Dalam hukumnya, siapa saja yang
mencoba mengusik kemapanan orang pasti orang tersebut akan marah. Karena secara
tidak langsung akan merugikan kondisi kemapanan tersebut. Baik dalam hal
kedudukan, kekuasaan, pengaruhnya akan berkurang. Akibatnya, pendapatan secara
ekonomis akan ikutan anjlok. Paling tidak itu yang akan diperoleh. Sehingga
wajar ada pertentangan seperti di atas. Persoalannya ialah manusia secara fitri
membutuhkan agama di setiap ruang waktu tanpa pemisahan sebagaimana konsepsi
kaum sekuleris. Bagaimanapun juga, orang memburtuhkan kondisi perpolitikan yang
beretika di mana proses politik tidak dimaknai semata-mata untuk memperebutkan
kekuasaan, bagaimanapun juga semua orang membutuhkan ilmuan-ilmuan yang
jujur yang selalu menyuarakan kebenaran
dari setiap penemuan-penemuan ilmiah yang ditemuinya bukan hanya sekedar untuk
mendukung ideologi segelintir orang yang akibatnya pasti menguntungkan secara
ekonomis.
Namun bagaimana kondisi tersebut
tercipta jika perilaku keberagamaan kaum agamawan kita masih seperti ini.
artinya ajaran-ajaran dari dogma agama yang mereka distribusikan untuk umat
tidak dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan umat manusia. Apakah lantas disalahkan
jika umat kemudian mencari pegangan lain yang kira-kira relevan dengan kondisi
dan kebutuhan mereka saat ini? saya kira kita harus arif melihat kondisi ini
sebagai buah dari kepicikan berpikir orangh-orang yang telah mendistribusikan
dogma-dogma agama untuk kemudian dikonsumsi oleh umat.
Dalam salah satu dogmanya, islam
sebagai contoh merupakan agama yang lahir untuk segala ruang dan waktu. Artinya
keberadaan agama menjadi rahmat bagi semesta alam dalam segala kondisinya. Kita
mempunyai ajaran ideal yang justru tidak sama dengan kondisi yang kita lihat
hari ini das sollen das sein. Inilah pekerjaan berat kita semua.
******
Di HMI saya dihadapkan dengan
berbagai pilihan untuk belajar segala hal. Hal ini dimungkinkan karena
alumni-alumninya pun berlatar belakang yang beragam plural. Sehingga demikian,
ilmu apa pun yang mau dituntut di HMI pasti ada. Saya tertarik dengan salah
seorang alumni (inisialnya saya tidak sebut) yang punya konsep berbeda jika
dibandingkan dengan almuni lainnya. Ajarannya yang sederhana namun sangat mulia
karena pernah menjadi trend keberagamaan di masa lampau. Tasawuf, ialah
ilmu bertasawuf ilmu hati kira-kira seperti itu. Oleh Fazlurrahman ini disebut
sebagai ilmu “Ortodoksi” dalam Islam karena mempunyai kecenderungan mempunyai
nilai yang sangat tinggi atau High Tradition dalam bahasanya Amin
Abdullah.
Dalam banyak diskusi dengan
beiau, ada yang lain, kita diajak untuk merenungi hal-hal sederhana yang ada di
sekitar kita. Mulai dari membicarakan persoalan nafas, ruh, lingkungan,
hubungan energi dengan kehidupan, hubungan sinar dengan kehidupan kita dan lain
sebagainya. Itu semua tidak luput dari pembahasan. Disatu sisi diskusi seperti
ini membangkitkan kembali pada gairah
ingatan masa lampau kejayaan islam yang cenderung diwarnai oleh perdebatan
seputar ilmu kalam dan tasawuf yang tidak menemukan titik temu.
Namun ada yang keliru menurut
saya dengan cara memahami tasawuf selama ini, bisa jadi ini menjadi tesis
menghilangnya ilmu tasawuf dikalangan kaum muslim oleh disiplin ilmu lainnya.
Sifatnya yang cenderung tertutup pada persoalan-persoal praksis setiap hari
menjadikannya tidak lagi digandrungi. Terjadinya pengotakan seolah tasawuf
murni bicara masalah Tuhan dan displin ilmu lainnya masalah dunia membuatnya
tertinggal dan tidak mampu menjawab tantangan umat manusia. Persoalan
sebenarnya sederhana yaitu menyangkut metodologi aprroach mengenai agama saja tidak lebih.
Yaitu bagaimana membuat agama ini tetap eksis dan berbicara terus menerus
memberikan prinsip-prinsip etikanya terhadap perkembangan kehidupan masyarakat yang
hampir setiap harinya mengalami perubahan. Pilihannya ialah apakah agama ini
akan memberikan sikap tertutup terhadap persoalan kehidupan duniawi dan ansih
bicara soal akhirat atau agama ini akan dibiarkan terbuka bagi siapa saja
sebagai pegangan moralitas umat manusia. Ilmu tasawuf tidak boleh dibiarkan
berbicara soal akhirat semata, namun ia harus terus mendikte keadaan dunia yang
serba global seperti saat sekarang ini. itu yang diperlukan dari dunia tasawuf
dan ini yang tidak ada dalam pembicaraan dengan alumni selama ini.
Paling tidak tulisan ini menjadi
sebagian kecil dari catatan Tahun 2012 dan masih banyak lagi catatan yang luput
dari ingatan penulis. Semoga menapaki tahun baru 2013 ini kita kembali menjadi
manusia yang selalu ingat kelebihan dan kekurangan diri pribadi. Sehingga sikap
sebagai pengamat spectator yang selama ini diperankan berubah menjadi
pelaku actor yang selalu bermain dalam setiap panggung kehidupan yang
disuguhkan oleh Yang Maha Kuasa. Wallahua’lam Bissawab
Jl. Panji Anom 1 No
2 Kekalik Indah Mataram
31 Desember 2012
* Penulis merupakan Rektor UIN
Mataram Periode Tahun 2020-2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar