KANGGOK'M TADAHN ?

Senin, 21 Januari 2013

NTB; Serambi Madinah dengan Seribu Masjid



 
Oleh: Prof. Dr. Darsono Yusin Sali, MA*
(Sekretaris Umum HMI Cabang Mataram)


Dalam salah satu kesempatan berkunjung ke NTB beberapa waktu lalu (01/15/2013), Cak Nun seperti pada lakon-lakon biasa bersama kiai kanjengnya memaparkan panjang lebar berbagai problematika kebangsaan. Seperti ciri khasnya, penampilannya selalu diirnigi oleh musik dan lagu-lagu bernuansa religius dibalut dengan nuansa adat jawa yang menjadi ciri khasnya. Sesekali beliau berceloteh kepada hadirin dengan menggunakan bahasa jawa. Tak luput pula bapak gubernur yang hadir dalam kesempatan itu pula disapa dan diajak ngobrol dengan bahasa jawa. Sambil nyerempet-nyerempet sedikit ala Cak Nun.


Maklum, acara malam itu merupakan acara silaturahmi akbar warga NTB keturunan Jawa-Madura bersama Bapak Gubernur. Jadi yang hadir lumayanlah, mulai dari warga Jawa dengan beragam profesi terlihat di dalam ruangan. PNS, Penjual bakso dan mie ayam yang sering terlihat mangkal di pinggir-pinggir jalan pun turut hadir bersama memeriahkan acara silaturahmi tersebut. Tak luput pula penjual nasi goreng, es dawet yang sering terlihat menjajakkan makanannnya juga turut hadir. Kalau dikalkulasi, sekitar kurang lebih seribuan orang lebih hadir pada malam itu. Termasuk saya dan beberapa rekan-rekan juga hadir. Niatannya sih pengen ketemu langsung sama cak nun yang sudah sangat akrab di telinga kami dan menjadi idola.


Dalam sambutannya, gubernur seperti biasa mengajak semua pihak untuk terus ber”ikhtiar” bersama-sama membangun NTB yang lebih baik (langsung disambut riuh oleh para tamu undangan yang hadir). Selain itu, Majdi meminta agar masyarakat NTB keturunan Jawa dan Madura menggangap daerah NTB sebagai daerah kelahirannya sendiri. Jangan sampai dianggap hanya sebagai daerah singgahan. Hal itu harus dibuktikan dengan terus meningkatkan kontribusinya dalam membangun NTB (Global FM, 01/16/2013).


Selain silaturahmi, acara tersebut juga dirangkaikan dengan pelantikan pengurus baru Warga NTB Keturunan Jawa dan Madura. HM. Kasdiono selaku ketua mengaku bangga dengan kemajuan-kemajuan yang ditoreh NTB, seperti pariwisata, kesehatan, olahraga dan lainnya. Pembangunan NTB harus dilanjutkan dan ditingkatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Warga NTB keturunan Jawa dan Madura akan terus mendukung program-program pemerintah provinsi (Pemprov) NTB dan tetap menjaga kondusifitas daerah (Global FM, 01/16/2013).

Pada kesempatan tersebut, Cak Nun sapaan akrab Emha Ainun Najib menjuluki NTB sebagai Serambi Madinah di Indonesia. Kalau di Aceh ada serambi Mekah, maka NTB serambi Madinahnya karena 90 persen warganya memeluk agama Islam dan mampu mengamalkan ajarannya dengan baik (Suara NTB, 17/01/2013). Lebih lanjut beliau memberikan nasihat kepada warga NTB Keturunan Jawa-Madura yang hadir malam itu untuk selalu mencontoh apa yang diajarkan oleh baginda Nabi Saw ketika beliau hidup di Madinah. Perantau itu ibarat Kaum Muhajirin dalam konteks sejarah Islam. Dan warga yang menjadi tempat rantauan itu menjadi Kaum Ansar. Kedua suku tersebut dalam catatan sejarah mampu hidup berdampingan secara rukun dan damai. Madinah kala itu merupakan kota dengan tingkat pluralitas yang tinggi. Banyak suku dan agama mendiami kota ini. mulai dari Suku Aus, Khazraj, bani Nadir, Umat Nasrani, Yahudi serta Islam sendiri. Lewat kepemimpinan Nabi Saw keberagaman etnis dan agama tersebut mampu dipertahankan secara harmonis oleh baginda Nabi Saw lewat konsesnsus Piagam Madinah yang terkenal dan menjadi rujukan sampai dengan hari ini.


Bukti Toleransi Islam

Piagam Madinah merupakan bukti tertulis sikap dan pandangan hidup Nabi Saw tentang pentingnya toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan merupakan cerminan dari isi al-Qur’an secara totalitas. Piagam Madinah merupakan salah satu kebijakan Nabi Saw ketika memimpin umat islam di Madinah dalam meredam berbagai konflik sektarian yang saat itu terjadi di Madinah. Kemudian mepersaudarakan kaum Muhajirin sebagai pendatang Mekah dan Ansar sebagai warga pribumi yang mendiami Madinah. Lengkapnya Piagam Madinah mengatur tata cara bermasyarakat yang baik antar sesama maupun orang lain. Berkehidupan dengan prinsip-prinsip kebebasan dan kesetaraan egaliter Hal ini jelas membuktikan kebenaran konsep Islam sebagai rahmatan lil alamin.


Belajar dari Piagam Madinah

Muncul pertanyaan, kalau Madinah bisa kenapa kita sekarang tidak? Jawaban yang paling memungkinkan dari pertanyaan di atas ialah hal itu bisa terjadi jika keseluruhan komponen bangsa ini mampu bekerja sama untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Jika niatan baik itu dilakukan dan hanya atas keinginan sebagian dari komponen tersebut, rasanya mustahil akan tercapai harapan-harapan persatuan tersebut. Di negara kita ini, peran-peran yang diambil oleh setiap komponen tersebut tidak sepenuhnya mampu dimainkan dengan baik. Sebagai contoh kehadiran Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB) sebagai fasilitator antar umat beragama juga tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Hal ini terlihat karena  apa yang selama ini dilaksanakan masih berkutat pada tataran elit semata. Sehingga tidak salah jika salah seorang tokoh menyebut FKUB itu sebgai forum antar elit beragama bukan umat beragama.



Langkah-langkah strategis yang lebih menyentuh grass rrot sangat perlu dilakukan oleh segenap komponen bangsa. Adanya partisipasi aktif masyarakat dalam hal ini ialah kunci keberhasilan dari progam yang dirancang. Dari sektor pendidikan juga harus lebih aktif memainkan perannya sebagai lembaga pencerdasan bangsa. Lewat pengembangan kurikulum multikulturalisme diharpakan mampu menciptakan kondusifitas umat beragama dan menghindari kisruh sektarian yang banyak terjadi ahkir-ahkir ini. semoga tercapai. Wallua’lam bissawab



* Penulis merupakan Rektor UIN Mataram periode 2020-2025
20/01/2013



BIODATA PENULIS

Nama              : Darsono Yusin Sali
Alamat            : jl. Panji Anom 1 no 2 kekalik indah
Pekerjaan       : sekretaris umum HMI Cabang Mataram
No hp/email    : 081805720322/ yusinpiero@gmail.com

Tidak ada komentar: