KANGGOK'M TADAHN ?

Jumat, 20 September 2013

Kuliahkan Anak Lewat Berjualan Soto


Adalah Papuq Adi, seorang penjual soto yang kini masih bertahan diusia senjanya. Susah manis sebagai seorang penjual soto pernah dirasakan oleh Papuq Adi. Namun baginya, kehidupan resepnya memang sudah seperti itu. Kadang mengalami senang, dan mengalami kondisi di mana sangat susah, tuturnya. Yang terpenting ialah harus istiqamah dan tetap tekun beribadah kepada Allah Swt.
Papuq Adi oleh masyarakat sekitar desa Batu Yang, Kecamatan Pringgabaya Lombok Timur,  selain dikenal sangat baik, jujur, pemurah, tidak pernah mengeluh dengan apa yang ada, rajin ke masjid, tidak pernah berburuk sangka pada orang lain, juga dikenal sebagai seorang penjual soto sejak bertahun-tahun silam. Sehingga kadang, penggilan sebagai papuk penjual soto sudah melekat dan akrab di telinga masyarakat desa Batu Yang, terutama bagi siswa-siswa sekolah dasar (SDN) 2 Batu Yang. Karena hampir setiap hari Papuq Adi berjualan soto di sekitar sekolah. Meskipun berjualan di dekat sekolah, namun pembeli sotonya tidak hanya berasal dari siswa-siswi sekolah dasar dan anak-anak, namun juga oleh orang dewasa dan para orang tua. Rasanya yang khas membuat banyak pembeli memilih untuk berlangganan membeli soto milik Papuq Adi. Tidak hanya soal rasa, harganya yang murah dibandingkan dengan penjual soto lainnya juga membuat soto Papuq Adi laris manis. “kalau dulu-dulu harga soto untuk satu mangkuk ukuran anak-anak dijualnya dengan harga 200-300 rupiah, yang tertinggi sampai 500 rupiah. Namun sekarang, satu mangkuk sotonya dijual seharga 1000 rupiah”.
Bagi Papuq Adi, berjualan soto tidak semata-mata urusan bisnis yang secara praktis dapat menghasilkan untung berupa materi, namun yang terpenting baginya ialah dirinya bisa membantu antar sesama, jadi “untungnya tidak terlalu banyak yang penting bisa saling bantu”.

Kuliahkan Anak, dicibir Masyarakat
Papuq adi mempunyai tiga orang anak, anak pertamanya sudah meninggal, dan dua kini sudah berkeluarga. Keputusannya untuk mengkuliahkan dua anak perempuannya yaitu Hariati dan Sriwati dulu mendapat cibiran dari masyarakat sekitar. Karena selain anak-anaknya yang perempuan, juga pekerjaan Papuq Adi yang hanya seorang penjual soto dan makanan anak-anak di sekolah, terlebih suami Papuq Adi yang juga penghasilannya tidak seberapa sebagai penambang pasir. Namun cibiran itu tidak ditanggapi oleh Papuq Adi, karena baginya pendidikan ialah jalan satu-satunya untuk merubah hidup.
Sedikit demi sedikit, uang hasil berjualan ditabung untuk membiayai dua anaknya yang kuliah, cibiran masyarakat pun dijawabnya dengan semakin istiqamah dan sabar seraya berdo’a. Alhasil sampai  akhirnya, kini dua anak perempuannya yang dulu diragukan bisa selesai kuliah oleh masyarakat sekitar sudah wisuda. Anak-anaknya kini sudah menyandang gelar sarjana dari hasil keiringat berjualan soto. Hariati kini menyandang gelar sarjana Pendidikan Matematika di IKIP, begitu juga Sriwati menyandang gelar sarjana Pendidikan Biologi di kampus yang sama.
Segala usaha dan kerja keras Papuq Adi kini terbayar sudah, meskipun demikian, Papuq Adi mengaku tidak akan berhenti berjualan soto, karena baginya, berjualan soto telah membawa berkah tersendiri bagi keluarganya. (dys)


Tidak ada komentar: