KANGGOK'M TADAHN ?

Jumat, 20 September 2013

Mahasiswa IAIN belum punya KTM


Meskipun IAIN kini sedang berbenah menuju UIN, namun sebagian besar mahasiswa IAIN mataram hingga kini belum memiliki Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), padahal KTM memiliki nilai fungsi yang sangat urgen bagi mahasiswa  sebagai salah satu prasyarat untuk mengurus berbagai kebutuhan administrasi kemahasiswaan seperti untuk pembuatan kartu perustakaan, pengajuan beasiswa dan lain sebagainya. Namun ironi, sampai dengan sekarang, banyak mahasiswa belum memiliki KTM. Belum adanya regulasi dari pihak kampus untuk pembuatan KTM bagi mahasiswa, membuat sejumlah mahasiswa merasa kebingungan, pasalnya mereka harus mengurus (membuat) sendiri KTM yang seyogyanya disediakan oleh pihak kampus, seperti yang di contohkan oleh kampus lain semisal IKIP, UNRAM yang langsung menyediakan KTM bagi mahasiswanya.

Hal itu seperti disampaikan oleh Andi Abdullah, mahasiswa semester VII jurusan Pendidikan Agama Islam. Andi mengaku, kalau pihak kampus tidak pernah sama sekali memperhatikan urusan KTM ini, “mahasiswa diminta untuk membuat sendiri KTM nya masing-masing, padahal sebenarnya, ini kan tugas kampus yang harus membuatkan KTM bagi mahasiswanya”. Lebih lanjut hariati mengatakan, kalau di kampus-kampus lain, KTM itu dibuatkan oleh pihak kampus dari uang daftar ulang mahasiswa baru. Kenpa IAIN tidak seperti itu saja. Padahal Kalau di IAIN sekarang daftar ulang mahasiswa baru untuk jurusan MIPA sebesar 1.100.000, kalau non MIPA sebesar 1.000.000.  Seharusnya dengan uang daftar ulang yang cukup besar tersebut, pihak kampus bisa menyediakan KTM bagi mahasiswa, tetapi ini aneh, pihak kampus yang meminta kepada setiap mahasiswa untuk membuat sendiri KTM nya.

Hal senada juga dibenarkan oleh Ema Juni Lestari, mahasiswa semester VII jurusan Pendidikan Matematika, dirinya menyebutkan, tidak tegasnya kampus soal KTM ini, seringkali menjadi ladang bisnis bagi mahasiswa untuk mencari uang. Kasian bagi mahasiswa baru misalnya, mereka harus membayar uang 5000 untuk satu lembar KTM, padahal pembuatan KTM ini bukan wewenang mahasiswa untuk membuatnya. Selain itu, Ema juga menambahkan, padahal jika dibuat sendiri oleh mahasiswa, formatnya jadi berbeda-beda antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya. Seperti soal ukuran, dan warna KTM, yang lebih parah ialah soal tanda tangan para pejabat kampus yang berhak menandatangani KTM seperti dekan. Seringkali mahasiswa memilih untuk menscan tandatangan mereka dengan alasan kebutuhan yang mendesak, apalagi pada saat pengajuan beasiswa, hampir rata-rata mahasiswa menscan tanda tangannya pak dekan. “Ini kan pembelajaran yang tidak baik bagi mahasiswa, bagaimana mau menjadi UIN kalau soal administrasi kecil seperti ini belum beres? Tuturnya (dys)


Tidak ada komentar: