Meskipun IAIN kini sedang
berbenah menuju UIN, namun sebagian besar mahasiswa IAIN mataram hingga kini
belum memiliki Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), padahal KTM memiliki nilai fungsi
yang sangat urgen bagi mahasiswa sebagai
salah satu prasyarat untuk mengurus berbagai kebutuhan administrasi
kemahasiswaan seperti untuk pembuatan kartu perustakaan, pengajuan beasiswa dan
lain sebagainya. Namun ironi, sampai dengan sekarang, banyak mahasiswa belum
memiliki KTM. Belum adanya regulasi dari pihak kampus untuk pembuatan KTM bagi
mahasiswa, membuat sejumlah mahasiswa merasa kebingungan, pasalnya mereka harus
mengurus (membuat) sendiri KTM yang seyogyanya disediakan oleh pihak kampus,
seperti yang di contohkan oleh kampus lain semisal IKIP, UNRAM yang langsung
menyediakan KTM bagi mahasiswanya.
Hal itu seperti disampaikan oleh Andi
Abdullah, mahasiswa semester VII jurusan Pendidikan Agama Islam. Andi mengaku, kalau
pihak kampus tidak pernah sama sekali memperhatikan urusan KTM ini, “mahasiswa
diminta untuk membuat sendiri KTM nya masing-masing, padahal sebenarnya, ini
kan tugas kampus yang harus membuatkan KTM bagi mahasiswanya”. Lebih lanjut
hariati mengatakan, kalau di kampus-kampus lain, KTM itu dibuatkan oleh pihak
kampus dari uang daftar ulang mahasiswa baru. Kenpa IAIN tidak seperti itu
saja. Padahal Kalau di IAIN sekarang daftar ulang mahasiswa baru untuk jurusan
MIPA sebesar 1.100.000, kalau non MIPA sebesar 1.000.000. Seharusnya dengan uang daftar ulang yang
cukup besar tersebut, pihak kampus bisa menyediakan KTM bagi mahasiswa, tetapi
ini aneh, pihak kampus yang meminta kepada setiap mahasiswa untuk membuat
sendiri KTM nya.
Hal senada juga dibenarkan oleh Ema
Juni Lestari, mahasiswa semester VII jurusan Pendidikan Matematika, dirinya
menyebutkan, tidak tegasnya kampus soal KTM ini, seringkali menjadi ladang
bisnis bagi mahasiswa untuk mencari uang. Kasian bagi mahasiswa baru misalnya,
mereka harus membayar uang 5000 untuk satu lembar KTM, padahal pembuatan KTM
ini bukan wewenang mahasiswa untuk membuatnya. Selain itu, Ema juga
menambahkan, padahal jika dibuat sendiri oleh mahasiswa, formatnya jadi
berbeda-beda antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya. Seperti soal
ukuran, dan warna KTM, yang lebih parah ialah soal tanda tangan para pejabat
kampus yang berhak menandatangani KTM seperti dekan. Seringkali mahasiswa
memilih untuk menscan tandatangan mereka dengan alasan kebutuhan yang mendesak,
apalagi pada saat pengajuan beasiswa, hampir rata-rata mahasiswa menscan tanda
tangannya pak dekan. “Ini kan pembelajaran yang tidak baik bagi mahasiswa,
bagaimana mau menjadi UIN kalau soal administrasi kecil seperti ini belum
beres? Tuturnya (dys)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar