Di tengah musim kering dan hama
tikus yang melanda para petani di hampir seluruh kawasan di Lombok tengah
membuat banyak petani terancam gagal memanen tanaman kedelai yang mereka tanam.
Pasalnya, selain hama tikus yang mengganas meski sudah ada berbagai tindakan
penyemprotan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat
yang berkoordinasi dengan Dinas Pertanian kabupaten/kota, hama tikus tidak jua
kunjung berhenti dan tidak terbukti ampuh dan efektif melawan hama tikus.
Selain itu, kekurangan air yang melanda para petani pada musim tanam tahun ini
semakin memperparah kondisi tersebut. Padahal tanaman kedelai tidak akan bisa
subur tanpa adanya pengairan yang cukup. Tidak sampai di situ, fluktuatifnya
harga kedelai membuat mereka merasa was-was dan cemas akan harga kedelai yang
terbilang unprediktable.
Meskipun di tengah pesimisme para
petani menghadapi kondisi seperti itu, namun tidak halnya dengan para petani
yang terdapat di Dusun Buncalang, Desa Sukarara, Lombok Tengah yang tergabung
dalam Kelompok Tani Panutan (KTP). Di sini, mereka bisa menikmati buah dari
usaha dan kerja keras yang selama ini dilakukan. Tanaman kedelai yang mereka
tanam tumbuh dengan subur dan siap menghadapi musim panen ini dengan riang
gembira.
Dikatakan oleh Ketua Kelompok
Tani Panutan (KTP) H. Samanbudi, untuk menghasilkan tanaman kedelai yang
berkualitas, dirinya membutuhkan tiga kali pengairan selama masa tanam baru
kemudian menghasilkan tanaman kedelai yang bagus. “Keberhasilan di tingkat
petani kedelai ialah apabila airnya tercukupi. Setinggi apapun tekhnologi yang
digunakan dalam proses penanaman, jika tidak didukung dengan air yang memadai,
tidak akan berhasil”.
Selain itu, faktor lainnya ialah pemberian
suplemen untuk tanaman kedelai sendiri. Adapun suplemen yang diberikan oleh
oleh Kelompok Tani Panutan (KTP) ialah suplemen boom flower yang diperoleh dari
FMC produksi PT. Guna Bina Kimia. “Meskipun suplemen ini baru pertama kali kita
coba namun langsung terbukti dengan hasil tanaman kedelai seperti ini”. Di
lahan seluas 2 hektar inilah, Kelompok Tani Panutan (KTP) memulai uji coba
dengan BPTP dan menjalin kerjasama dengan pemerintah Australia pada lahan
seluas 40 are.
Rahasisa sukses lainnya ialah
sistem tanam yang menggunakan sistem tunggal. “Kalau dulu-dulu kita masih
menggunakan sistem tanam dengan model menebar. Dari peralihan cara menanam
tersebut, hasilnya sangat jauh beda. Kalau dengan sistem menebar bisa diperoleh
hasil di bawah 1 ton perhektar, sementara dengan sistem tunggal bisa memperoleh
hasil di atas 1 ton perhektarnya. Selain itu, setiap sekali seminggu Kelompok
Tani Panutan (KTP) bertemu dengan 30 orang anggotanya. Dalam pertemuan
tersebut, mereka diberikan pemahaman terkait dengan bagaimana sistem tanam yang
baik. “setiap minggunya kami bertemu, musyawarah sharing memberikan pemahaman satu sama lain, selain itu kami
bicarakan problem apa yang dihadapi oleh para petani di sana kami bicarakan
semua termasuk program kerja yang akan dilakukan ke depannya. Sehingga apapun
bentuk arahan dari dinas, BPL dan berbagai pihak lainnya bisa kami sampaikan di
sana” terangnya. Dengan adanya pertemuan rutin tersebut, para petani akhirnya
sadar agar menanam dengan sistem tunggal seperti ini. Meski pada awalnya, ada resistensi
dalam memberikan pemahaman kepada para petani. Namun demikian, kami selalu
ingin melakukan berbagai inovasi dalam upaya peningkatan jumlah produksi
kedelai, salah satunya ialah menggunakan berbagai sentuhan tekhnologi seperti
yang disarankan oleh dinas.
Dari segi pemasaran, para petani
ini tidak terlalu sulit memasarkan kedelainya, karena setiap musim panen tiba,
kedelai mereka langsung diambil. Karena sebelumnya sudah ada berbagai kerjasama
untuk memasarkan kedelai mereka. Seperti kerjasama dengan penangkar benih,
“jadi kedelai yang kiranya cocok
dijadikan benih kita bawa ke sana. Sementara yang tidak cocok kita
masukkan ke swasta sebagai konsumsi”. Para petani ini yakin, kedelai-kedelai
hasil tanaman mereka bisa bersaing dengan kedelai impor. “kualitas kedelai
lokal tidak kalah beda dengan kualitas kedelai dari luar, apalagi sekarang ini
sudah banyak sentuhan-sentuhan tekhnologi, kita bisa memeperoleh 2 ton
perhektarnya dari yang sebelumnya di bawah 1 ton”
Keberhasilan Kelompok Tani
Panutan dan petani-petani kedelai lainnya ini tidak terlepas dari peran dinas
pertanian yang intensef datang memberikan arahan kepada para petani baik dari
segi tkhnis dan lain sebagainya. “Kita selalu rutin turun ke lapangan memberikan
arahan kepada para petani guna memperbaiki sistem tanam tradisional yang selama
ini mereka lakukan” Ujar Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian
NTB , H. Budi Subagio, MM, ditemui Jum’at kemarin (27/9).
Lebih lanjut Budi Subagio mengatakan
untuk pengembangan kedelai di NTB pada sasaran tanam tahun 2013 ini sebesar
92.280 hektar lahan. Sedangkan realisasinya sampai dengan bulan Agustus 2013 kemarin
baru mencapai 85.733 hektar atau 92,91
persen. Hal itu terangnya, tidak terlepas dari dukungan yang diberikan
pemerintah terhadap para petani kedelai. Seperti kegiatan SLPPT Reguler di mana
para petani mendapat berbagai bantuan untuk pembelian pupuk, pestisida,
kemudian pemberian benih subsidi dari pemerintah. Selain itu, ada juga kegiatan
SLPPT Model. Tidak sampai di situ, pemberdayaan kelompok-kelompok penangkar
kedelai juga dilakukan oleh dinas selain pemberian bantuan alat-alat pasca
panen seperti mesin perontok kedelai dan lain sebagainya yang disesuaikan
dengan kebutuhan kelompok tani bersangkutan.
Sementara itu, menghadapi fluktuatifnya
harga kedelai, pemerintah telah mengeluarkan Harga Eceran Terendah (HET)
sebesar 7000 rupiah perkilonya, dan akan segera melakukan penandatanganan
kerjasama (MOU) dengan Bulog agar kedelai para petani bisa langsung diambil. Hal
itu dilakukan hanya sebagai penyangga harga kedelai bagi para petani. Karena
biasanya, harga kedelai di luar bisa lebih mahal mencapai 8000 perkilonya.
Selain itu, sebagai bukti
komitmen pemerintah terhadap para petani kedelai juga dilakukan lewat berbagai upaya
kerjasama dengan berbagai pihak, seperti membuat MOU dengan pemerintah
kabupaten/kota se NTB untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan munculnya hama,
MOU untuk pelaksanaan panen bersama dan berbagai bentuk kerjasama lainnya. (dys)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar