KANGGOK'M TADAHN ?

Jumat, 27 September 2013

Optimisme Para Petani Kedelai, di Tengah Pesimisme Menghadapi Fluktuatifnya Harga


Di tengah musim kering dan hama tikus yang melanda para petani di hampir seluruh kawasan di Lombok tengah membuat banyak petani terancam gagal memanen tanaman kedelai yang mereka tanam. Pasalnya, selain hama tikus yang mengganas meski sudah ada berbagai tindakan penyemprotan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat yang berkoordinasi dengan Dinas Pertanian kabupaten/kota, hama tikus tidak jua kunjung berhenti dan tidak terbukti ampuh dan efektif melawan hama tikus. Selain itu, kekurangan air yang melanda para petani pada musim tanam tahun ini semakin memperparah kondisi tersebut. Padahal tanaman kedelai tidak akan bisa subur tanpa adanya pengairan yang cukup. Tidak sampai di situ, fluktuatifnya harga kedelai membuat mereka merasa was-was dan cemas akan harga kedelai yang terbilang unprediktable.
Meskipun di tengah pesimisme para petani menghadapi kondisi seperti itu, namun tidak halnya dengan para petani yang terdapat di Dusun Buncalang, Desa Sukarara, Lombok Tengah yang tergabung dalam Kelompok Tani Panutan (KTP). Di sini, mereka bisa menikmati buah dari usaha dan kerja keras yang selama ini dilakukan. Tanaman kedelai yang mereka tanam tumbuh dengan subur dan siap menghadapi musim panen ini dengan riang gembira.
Dikatakan oleh Ketua Kelompok Tani Panutan (KTP) H. Samanbudi, untuk menghasilkan tanaman kedelai yang berkualitas, dirinya membutuhkan tiga kali pengairan selama masa tanam baru kemudian menghasilkan tanaman kedelai yang bagus. “Keberhasilan di tingkat petani kedelai ialah apabila airnya tercukupi. Setinggi apapun tekhnologi yang digunakan dalam proses penanaman, jika tidak didukung dengan air yang memadai, tidak akan berhasil”.
Selain itu, faktor lainnya ialah pemberian suplemen untuk tanaman kedelai sendiri. Adapun suplemen yang diberikan oleh oleh Kelompok Tani Panutan (KTP) ialah suplemen boom flower yang diperoleh dari FMC produksi PT. Guna Bina Kimia. “Meskipun suplemen ini baru pertama kali kita coba namun langsung terbukti dengan hasil tanaman kedelai seperti ini”. Di lahan seluas 2 hektar inilah, Kelompok Tani Panutan (KTP) memulai uji coba dengan BPTP dan menjalin kerjasama dengan pemerintah Australia pada lahan seluas 40 are.
Rahasisa sukses lainnya ialah sistem tanam yang menggunakan sistem tunggal. “Kalau dulu-dulu kita masih menggunakan sistem tanam dengan model menebar. Dari peralihan cara menanam tersebut, hasilnya sangat jauh beda. Kalau dengan sistem menebar bisa diperoleh hasil di bawah 1 ton perhektar, sementara dengan sistem tunggal bisa memperoleh hasil di atas 1 ton perhektarnya. Selain itu, setiap sekali seminggu Kelompok Tani Panutan (KTP) bertemu dengan 30 orang anggotanya. Dalam pertemuan tersebut, mereka diberikan pemahaman terkait dengan bagaimana sistem tanam yang baik. “setiap minggunya kami bertemu, musyawarah sharing memberikan pemahaman satu sama lain, selain itu kami bicarakan problem apa yang dihadapi oleh para petani di sana kami bicarakan semua termasuk program kerja yang akan dilakukan ke depannya. Sehingga apapun bentuk arahan dari dinas, BPL dan berbagai pihak lainnya bisa kami sampaikan di sana” terangnya. Dengan adanya pertemuan rutin tersebut, para petani akhirnya sadar agar menanam dengan sistem tunggal seperti ini. Meski pada awalnya, ada resistensi dalam memberikan pemahaman kepada para petani. Namun demikian, kami selalu ingin melakukan berbagai inovasi dalam upaya peningkatan jumlah produksi kedelai, salah satunya ialah menggunakan berbagai sentuhan tekhnologi seperti yang disarankan oleh dinas.
Dari segi pemasaran, para petani ini tidak terlalu sulit memasarkan kedelainya, karena setiap musim panen tiba, kedelai mereka langsung diambil. Karena sebelumnya sudah ada berbagai kerjasama untuk memasarkan kedelai mereka. Seperti kerjasama dengan penangkar benih, “jadi kedelai yang kiranya cocok  dijadikan benih kita bawa ke sana. Sementara yang tidak cocok kita masukkan ke swasta sebagai konsumsi”. Para petani ini yakin, kedelai-kedelai hasil tanaman mereka bisa bersaing dengan kedelai impor. “kualitas kedelai lokal tidak kalah beda dengan kualitas kedelai dari luar, apalagi sekarang ini sudah banyak sentuhan-sentuhan tekhnologi, kita bisa memeperoleh 2 ton perhektarnya dari yang sebelumnya di bawah 1 ton”
Keberhasilan Kelompok Tani Panutan dan petani-petani kedelai lainnya ini tidak terlepas dari peran dinas pertanian yang intensef datang memberikan arahan kepada para petani baik dari segi tkhnis dan lain sebagainya. “Kita selalu rutin turun ke lapangan memberikan arahan kepada para petani guna memperbaiki sistem tanam tradisional yang selama ini mereka lakukan” Ujar Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian NTB , H. Budi Subagio, MM, ditemui Jum’at kemarin (27/9).
Lebih lanjut Budi Subagio mengatakan untuk pengembangan kedelai di NTB pada sasaran tanam tahun 2013 ini sebesar 92.280 hektar lahan. Sedangkan realisasinya sampai dengan bulan Agustus 2013 kemarin baru mencapai  85.733 hektar atau 92,91 persen. Hal itu terangnya, tidak terlepas dari dukungan yang diberikan pemerintah terhadap para petani kedelai. Seperti kegiatan SLPPT Reguler di mana para petani mendapat berbagai bantuan untuk pembelian pupuk, pestisida, kemudian pemberian benih subsidi dari pemerintah. Selain itu, ada juga kegiatan SLPPT Model. Tidak sampai di situ, pemberdayaan kelompok-kelompok penangkar kedelai juga dilakukan oleh dinas selain pemberian bantuan alat-alat pasca panen seperti mesin perontok kedelai dan lain sebagainya yang disesuaikan dengan kebutuhan kelompok tani bersangkutan.
Sementara itu, menghadapi fluktuatifnya harga kedelai, pemerintah telah mengeluarkan Harga Eceran Terendah (HET) sebesar 7000 rupiah perkilonya, dan akan segera melakukan penandatanganan kerjasama (MOU) dengan Bulog agar kedelai para petani bisa langsung diambil. Hal itu dilakukan hanya sebagai penyangga harga kedelai bagi para petani. Karena biasanya, harga kedelai di luar bisa lebih mahal mencapai 8000 perkilonya.
Selain itu, sebagai bukti komitmen pemerintah terhadap para petani kedelai juga dilakukan lewat berbagai upaya kerjasama dengan berbagai pihak, seperti membuat MOU dengan pemerintah kabupaten/kota se NTB untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan munculnya hama, MOU untuk pelaksanaan panen bersama dan berbagai bentuk kerjasama lainnya. (dys)







Tidak ada komentar: