Mataram, (Suara NTB)
Suasana
lengang terlihat saat Suara NTB (6/8)
menyambangi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Puspakarma Mataram. Hanya ada
Haerul (petugas keamanan) dan beberapa orang tua jompo yang terlihat lalu
lalang di sekitar halaman panti. Haerul mengaku petugas sudah mudik semua. Jadi
gak ada orang di sini selain penghuni panti.
Haerul
pun mengajak berkeliling untuk melihat-lihat para penghuni panti yang masih
tersisa, karena sebagiannya sudah ada yang dijemput pulang untuk berlebaran.
Maklum, yang tinggal di sini beragam. Ada orang tua yang keluarganya tidak
mampu secara ekonomi, lantas membawanya ke sini untuk dirawat. Ada juga yang
memang benar-benar tidak mampu dan tidak mempunyai keluarga. Haerul mengaku
penghuni panti di sini unik-unik bahkan ada yang mendapatkan jodoh nikah di
panti. Di tengah perjalanan kami berkenalan dengan seorang nenek tua yang
mengaku bernama puk Aminah.
Puk
Aminah mengaku sudah empat tahun tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Puspakarma
Mataram. Bersama 72 orang penghuni panti sosial lainnya, dirinya mengaku kadang
ada senangnya juga ada sedihnya tinggal di panti sosial. Senang apabila dirinya
dan sesama penghuni panti lainnya merasa cocok seia dan sehati. “mun pade patuh angen kance batur-batur sak
lain jak seneng”, tuturnya.
Puk
Aminah mengaku tidak ada bedanya lebaran dengan hari-hari biasa. Tiap hari
tinggal di panti, begitupun ketika
lebaran datang, dirinya dan juga teman-temannya yang lain juga tinggal di
panti. Tidak seperti kebanyakan orang yang menjelang lebaran bisa merasakan
mudik dan berkumpul bersama sanak keluarga serta punya pakaian baru. Dirinya
mengaku sudah tidak punya keluarga lagi. Sehingga tidak ada yang pernah datang
menjenguk ke sini. Nenek tua renta yang mengaku berasal dari Janapria ini hanya
berharap bantuan dari pemerintah untuk dirinya dan teman-temannya sesama
penghuni panti.
Selain
puk Aminah, nasib serupa juga dialami oleh Puk Ati (64 tahun). Nenek renta ini
mengaku sudah satu tahun tinggal di panti. Dirinya merasa senang berada di
panti dan merasa mendapat keluarga baru bersama teman-temannya sesama penghuni
panti. Sejak berada di panti sosial, puk Ati mengaku jadi lebih tekun
beribadah. Kehidupan di sini lebih terarah karena semuanya ditanggung. “ada
pengajian tiap minggu, ada olahraga bersama” tuturnya. Namun menjelang lebaran
ini, dirinya mengaku sedih karena sudah tidak lagi mempunyai keluarga. Tidak
seperti temannya sesama penghuni panti yang masih mempunyai keluarga, mereka
sudah ada yang pulang sebagian untuk berlebaran dengan sanak keluarganya.
Kesedihan
mendalam juga dirasakan oleh Puk sahmah (61 tahun) dari Darmaji. Nenek yang
sudah uzur ini menuturkan, dirinya sudah lama tinggal di panti, sudah tidak
ingat berapa tahun. Puk sahmah menuturkan untuk menghilangkan kesedihan dan
kerinduannya pada keluarga, dirinya mengaku menghilangkannya lewat aktifitas
olahraga, dan bersih-bersih. Biasanya kami olahraga pagi-pagi, setelah itu
bersih-bersih. Setiap hari aktifitasnya hanya itu. Kadang dirinya ingin seperti
teman-temanya yang lain, dijenguk atau pun dijemput saat lebaran datang.
Namun
begitu, dirinya dan teman-temannya mengaku senang tingggal di sini, karena
ketimbang hidup di jalanan meminta-minta, lebih baik tinggal di sini ada yang
rawat setiap hari, paparnya. (dys)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar