Berawal dari adanya keinginan
masyarakat Desa Sebenge, Praya yang menginkan adanya sebuah lembaga pendidikan
sebagai tempat menimba ilmu bagi putra-putri mereka, membuat seorang ulama’
karismatik asal Desa Sebenge, Praya TGH. Abdul Hanan Al-Waqi’ (alm) pada 1995
silam berinisiatif mendirikan sebuah lembaga pendidikan bagi masyarakat sekitar
desa Sebenge, Praya. Kondisi memperihatinkan berupa jarak tempuh yang dilalui
oleh warga yang ingin bersekolah dirasa cukup jauh pada saat itu memotivasi
TGH. Abdul Hanan Al-Waqi’ (alm) bersama masyarakat lainnya untuk memprakarsai
berdirinya pondok pesantren Al-Hannaniyah NW Sebenge Praya.
Seperti yang diceritakan oleh
Zaenuddin, QH, S.Pdi kepala sekolah MTs. Al-Hananiyah NW Sebenge, ditemui Suara NTB kemarin (3/10). Menurutnya,
jarak tempuh yang terlalu jauh antara sekolah yang ada waktu itu dengan tempat
tinggal warga menjadi alasan utama berdirinya ponpes Al-Hannaniyah NW Sebenge
Praya ini. Selain tentunya didasari kesadaran masyarakat Desa Sebenge, Praya
akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.
Pada awal berdirinya ponpes
Al-Hannaniyah NW Sebenge Praya langsung mendapatkan respon positif dari
masyarakat, meskipun pada saat itu terbatas hanya pada satu kelas. Namun di
tahun kedua berdirinya ponpes, ditambah menjadi dua kelas. Begitu seterusnya
sampai dengan sekarang ini ponpes mampu menampung keseluruhan siswa-siswi MTs,
dan MA yang berjumlah kurang lebih dua ratus orang terangnya. Selain itu,
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pun berdiri satu atap.
Seperti kekhasan pada ponpes
umumnya, ponpes Al-Hannaniyah NW Sebenge Praya pun memiliki ciri khas
tersendiri. Dengan sistem dan pola belajar yang mengacu pada sistem yang telah
ditentukan oleh pemerintah yaitu berupa pola pengintegrasian antara pelajaran
agama yang menjadi ciri khas pondok dengan pelajaran umum sebagaimana yang
ditetapkan pemerintah menjadikan ponpes Al-Hannaniyah NW Sebenge Praya semakin
diminati. Santrinya pun tidak hanya berasal dari desa Sebenge tetapi juga dari luar
desa. “Kebanyakan mereka dari Lombok bagian selatan”.
Untuk mendukung kapasitas
santrinya, setiap sore ponpes Al-Hannaniyah NW Sebenge Praya mengajarkan kitab
kuning kepada seluruh santrinya. Meskipun kegiatan ini belum diwajibkan dan
terbatas hanya pada santri yang menetap di ponpes, namun kegiatan mengaji kitab
kuning ini menjadi salah satu andalan yang diminati oleh para santri. Di luar
rutinitas mengaji kitab kuning yang diadakan setiap sorenya, juga diadakan
kegiatan ekstrakurikuler lainnya seperti pencak silat bela diri, dan kasidah.
Berbagai raihan prestasi pun
diraih lewat kegiatan tersebut. Di antaranya ialah kegiatan pencak silat.
Bahkan salah seorang santrinya pun pernah ikut kejuarnas lomba pencak silat.
“sekarang sudah jadi atlet dan sedang kuliyah di IKIP” terangnya. Tidak hanya
itu, tim kasidah ponpes Al-Hannaniyah NW Sebenge Praya tercatat pernah
menjuarai lomba kasidah tingkat MA yang diselenggarakan oleh IAIN.
Alhamdulillah kita waktu itu dapat juara dua.
Ke depan, pihaknya berharap agar
peningkatan kualitas dan kuantitas santrinya bisa terus berkembang. Dan mampu
mengimplementasikan visi misi ponpes guna mencetak santri-santriwati yang
berakhlak mulia dan terpuji. (dys)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar