KANGGOK'M TADAHN ?

Sabtu, 21 Desember 2013

Takhassus dan Kehidupan Santri Ponpes Islahuddinuy


Daerah Kediri memang terkenal dengan sebutan kota para santri. Banyak ponpes terdapat di Kediri, salah satunya ialah pondok pesantren Islahuddiny. Subuh yang dingin tidak membuat para santri pondok pesantren Islahuddiny berat melangkahkan kaki untuk sholat berjamaah. Hari yang sejuk dibuka dengan alunan-alunan ayat suci Al-Qur’an yang dilantunkan dari suara-suara merdu para santri. Semua terasa indah dalam nuansa kebersamaan yang dibalut dalam ikatan kekeluargaan yang dijalin oleh para santri meskipun mereka berasal dari daerah yang berbeda-beda seperti Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, Kota Mataram, Sumbawa bahkan NTT.
Hampir setiap hari tanpa jeda para santri Ponpes Islahuddiny  belajar Kitab kuning. Hari yang dingin tak menyurutkan semangat mereka untuk belajar. Tak sedikitpun perhatian mereka berpaling dari penjelasan Ustadz yang sedang menerangkan setiap materi yang mereka bahas di kitab kuning. Hanya satu tujuan mereka menimba ilmu agama sebagai bekal mereka menjalani hidup pasca mereka keluar dari ponpes. Materi kitab kuning yang dipelajari pun sangat beragam diantaranya menyangkut berbagai problematika kehidupan seperti kitab ushuluddin (Akidah), fiqih, bahasa arab meliputi nahwu dan shorof, dan berbagai kitab kuning lainnya.
Ditemui beberapa waktu yang lalu, pimpinan umum ponpes Islahuddiny Kediri TGH. Muchlis Ibrahim mengaku bahwasanya para santri diwajibkan mengikuti kegiatan khusus mengaji kitab kuning (Takhassus), mereka diajarkan berbagai macam pengetahuan agama oleh para pendidik yang tidak hanya pernah menimba ilmu di tanah air sendiri melainkan berasal dari berbagai lulusan luar negeri seperti Maroko, Yaman, dan Arab Saudi serta lulusan universitas timur tengah lainnya. Pengajaran  Takhassus (kitab kuning) ini wajib bagi mereka karena melihat kondisi masyarakat dewasa ini yang sudah jauh meninggalkan tradisi-tradisi para alim ulama masa lampau yang selalu mengamalkan ajaran-ajaran Nabi Saw.
Diharapakan dari program Takhassus untuk para santri ini, para santri lulusan ponpes Islahuddiny mempunyai kemampuan dalam berbagai bidang ilmu tidak hanya pengetahuan umum namun juga agama. Sehingga mereka nantinya menjadi cendekiawan-cendekiawan muslim yang intelek dalam berbagai bidang ilmu dan mampu berhadapan dengan perkembangan dunia yang serba dinamis terjadi di tengah-tengah masyarakat. “supaya mereka tidak gagap menghadapi perubahan dunia pasca mereka nantinya lulus” terangnya.
Semantara itu, Sutama Johan Arifin salah seorang santri yang ikut dalam program Takhassus mengaku setiap hari mempelajari kitab kuning. Dirinya mengaku antusias belajar dalam program tkhassus karena dorongan orang tua yang mengingnkannya untuk mendalami ilmu agama. Mempelajari ilmu agama ungkapnya merupakan kebutuhan yang wajib dipelajari oleh setiap orang. Hal itu agar mereka bisa menyikapi berbagai persoalan kehidupan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Salah satu caranya ialah lewat mempelajarinya secara khusus seperti pada program takhassus di ponpes Islahuddiny. Meskipun terangnya, berbagai cobaan selalu datang menerpanya setiap hari. Seperti adanya perasaan malas, dan terkungkung dengan suasana kehidupan pondok. “maklum lah, sebagai manusia biasa punya perasaan terkungkung seperti itu”. 
Selain itu, Johan panggilan akrabnya mengaku meski hidup dalam serba keterbatan dan kekurangan di pondok, namun Johan mengaku kehidupan di pondok bersama para santri lainnya memiliki keunikan tersendiri karena heterogenitas para penghuni santri yang berasal dari beragam latar belakang. “sama-sama senang dan susah” terangnya. (dys)




Tidak ada komentar: