KANGGOK'M TADAHN ?

Minggu, 10 Mei 2015

Raja Dharma dan Gadis Pelempar Manggis
Oleh: Weeratna



Zaman dahulu kala, ada seorang pemuda yang terkenal bijaksana, pandai, dermawan dan tangkas. Meskipun usianya masih tergolong muda, namun dia sudah mampu memimpin sebuah kerajaan yang besar, dia adalah Raja Dharma.
Semua kerajaan tetangga mengenal Raja Dharma dikarenakan sikap dan kebijaksanaannya tersiar ke segala penjuru.

Raja Dharma memang raja yang baik, semua gadis dari kalangan kerajaan maupun gadis dari kaum biasa pun mengidolakannya, maklum wajahnya yang menawan mampu menyejukkan siapapun yang melihatnya. Namun hal itu tidak membuat raja Dharma tergerak hatinya untuk mencari pendamping hidup.

Penasihat kerajaan sudah sering mengingatkan raja Dharma pentingnya ia mempunyai seorang pendamping hidup. Namun raja Dharma kembali tak menghiraukan rujukan penasihatnya tersebut. Dia lebih memilih mengurus kerajaannya yang semakin mencapai kejayanya itu.

Raja Dharma terpaku melihat seekor kupu-kupu yang menghinggapi bunga. Raja berpikir kupu-kupu itu mempunyai warna yang sangat indah, dan di sampingnya pun ada kupu-kupu yang lain mengikuti. Namun akan mati ketika sayapnya rapuh dan tak seorang pun memperhatikannya. Apakah aku akan seperti itu? Mati tanpa ada yang ada menemaniku? Apakah ini saatnya aku mencari….

Penasihat kerajaan pun kembali mengingatkan Raja Dharma tentang seorang pendamping, tak semangat Raja membahas itu, namun karena tak tahan terus menerus diingatkan tentang pendamping, maka Raja Dharma menjawab dengan sekena hatinya dan memerintahkan penasihat raja mengadakan sayambara,
”Bagi siapapun gadis yang mampu menjatuhkan mahkota ku dari jarak sepuluh meter dengan buah manggis, maka ia berhak menjadi permaisuriku”
penasihat kerajaan pun segera menjalankan titah rajanya, meskipun tidak masuk akal. Raja Dharma sengaja memberika sayembara seperi itu, karena ia yakin tak akan ada yang mampu melaksanakannya.

Sayembara Raja Dharma tersiar ke segala penjuru, semua gadis yang mendengar sayembara iu semangat untuk ikut. Gadis mana yang tak mau jadi istri seorang raja yang gagah, baik, dermawan seperti Raja Dharma.

Hari yang  ditentukan pun tiba, semua gadis berkumpul di alun-alun kerajaan dengan membawa manggis di tangan mereka masing-masing. Raja yang gagah dengan mahkotanya duduk di singgasana yang sudah disiapkan. Para gadis sudah berdiri dengan jarak sepuluh meter dari Raja Dharma. Mereka senagaja tampil cantik dengan harapan agar Raja Dharma terkesan. Satu per satu para gadis mulai melempar manggis mereka ke arah mahkota Raja Dharma, namun belum ada yang berhasil, semua meleset.

Waktu terus berjalan sampai gadis terkahir pun belum bisa menjatuhkan mahkota Raja Dharma dengan manggis yang mereka lemparkan. Semua merasa kecewa, persyaratan yang diajukan oleh raja Dharma terlalu sulit untuk mereka lakukan. Ketika penasihat raja  mengumumkan pelaksanaan sayembara telah selesai, terlihat seorang gadis dengan pakaian sederhana berlari menuju tempat sayembara.

Gadis itu sepertinya dari kalangan biasa, nampak jelas dari baju sederhana yang ia gunakan. Rambut panjangnya dibiarkan terhelai tanpa diikat. Gadis itu menggunakan penuup di wajahnya. Gadis itu bercadar ungu. Semua peserta penasaran terhadap gadis ini, begitu juga Raja Dharma. Ia pun mulai tertarik dengan sayembara yang ia adakan.
Gadis itu berdiri tepat sepuluh meter di depan Raja Dharma. Tangannya mulai berayun melemparkan manggis ke mahkota yang dikenakan Raja Dharma, dan Plakkkkkkkk,,, mahkota itu pun jatuh. Semua yang ada di kerajaan bersorak gembira melihat itu. Mereka bahagia mengetahui raja akan segera mempunyai permaisuri.

Namun ditengah sorak sorai kegembiraan itu, tiba-tiba gadis pelempar manggis itu pun lenyap entah kemana. Semua menjadi kecewa, Raja Dharma pun ikut merasakan kekecewaan. Meskipun pada awalnya dia tidak semangat dengan sayembara ini, namun perasaan sedih pun muncul ketika ada seorang gadis yang entah dari mana asalnya mampu memenangkan sayembara ini.

Hari terus aberganti, Raja Dharma masih memikirkan gadis pelempar manggis itu. Makannya tidak enak, tidur pun tidak nyaman. Pikirannya terus tertuju pada gadis pelempar manggis yang menggunakan peunutup wajah. Raja membayangkan seperti apa wajah yang tersembunyi di balik cadar itu.

Raja Dharma memutuskan untuk pergi berburu ke hutan demi menghilangkan duka yang ada di hatinya. Hari kian redup tanda matahari sudah bergerak ke peraduannya, namun tak satu pun hewan buruan didapatkannya. Akhirnya sang raja memutuskan untuk kembali ke istana. Di tengah perjalanan keluar dari hutan, Raja Dharma melihat sosok gadis dengan rambut panjang, bercadar merah. Gadis yang menutupi sebagian wajahnya itu terlihat menggenggam buah manggis.

Sang Raja Dharma pun teringat gadis pelempar manggis yang mengikuti sayembara, rasa penasaran yang terus membuncah membuat Raja mengikutinya. Raja Dharma pun terus mengikuti gadis yang membawa manggis itu, namun sang raja kehilangan jejaknya. Raja terus berjalan, namun sia-sia belaka, si gadis lenyap tak tahu rimbanya.

Raja Dharma tak tahu jalan pulang. Ia mencoba menapaki batuan terjal yang tak rata itu, tak lama kemuidan ia melihat sebuah gubuk dengan lentera yang cukup terang. Raja Dharma pun berniat untuk menginap di gubuk itu. Perlahan Raja Dharma mengetuk pintu gubuk. Tak lama kemudian seorang perempuan tua dengan wajah yang sedikit menyeramkan membuka pintu. Raja Dharma mengutarakan niatnya untuk menginap semalam. Wanita tua itu pun mengijinkannya. Raja tidur di kamar belakang rumah, meskipun gubuk itu terlihat kecil dari depan namun tertata rapi di dalam. Raja Dharma baru menutup mata, namun akhirnya tersentak kaget, di luar terdengar suara peeremupan tua itu membanting sesuatu sambil marah-marah terhadap seseorang.
Pagi menjelang Raja Dharma pamit kepada perempuan tua. Tak lama seoarang gadis yang bertubuh gendut pun keluar dan memberikan senyuman. Ternyata dia adalah anak dari perempuan tua itu. Raja Dharma pun bertanya tentang kejadian tadi malam, perempuan itu tersenyum kecut. Tadi malam ternyata dia sedang memarahi anak tirinya yang telat pulang karena sibuk mencari buah manggis.

Mendengar tentang manggis, Raja Dharma pun  penasaran dan meminta perempuan tua itu memanggil anak tirinya. Dari belakang, datang lah seorang gadis yang berwajah cantik, rambut panjangnya tergurai indah, di tangannya terdapat buah manggis. Raja Dharma yakin dialah gadis yang dipikirkannya selama ini. Dia lah pemenang sayembara iu.
Raja Dharma pun membawa calon pendampingnya itu ke istana. Gadis Manggis itu bernama Inaya. Raja Bahagia bertemu dengan Inaya. Dari penuturan Inaya,  ternyata ibu tirinya yang memerintahkan Inaya menutup wajahnya jika kelauar rumah. Ibu tirinya tidak suka melihat Inaya lebih cantik dari pada putri kandungnya.

Raja Dharma dan Inaya si gadis cantik pelempar manggis pun hidup bahagia di Istana. Mereka bersama-sama menjalankan pemerintahan dan tetap mengayomi rakyat dan terus menebar kebaikan. Raja bahagia dan bersyukur karena Inaya si gadis pelempar manggis yang lama dicari telah ia miliki.


*Dimuat Harian Suara NTB Edisi 6 April 2015  


Darek, 5 April 2015

Tidak ada komentar: