Raja Dharma dan Gadis Pelempar
Manggis
Oleh: Weeratna
Zaman dahulu kala,
ada seorang pemuda yang terkenal bijaksana, pandai, dermawan dan tangkas.
Meskipun usianya masih tergolong muda, namun dia sudah mampu memimpin sebuah
kerajaan yang besar, dia adalah Raja Dharma.
Semua kerajaan
tetangga mengenal Raja Dharma dikarenakan sikap dan kebijaksanaannya tersiar ke
segala penjuru.
Raja Dharma memang
raja yang baik, semua gadis dari kalangan kerajaan maupun gadis dari kaum biasa
pun mengidolakannya, maklum wajahnya yang menawan mampu menyejukkan siapapun
yang melihatnya. Namun hal itu tidak membuat raja Dharma tergerak hatinya untuk
mencari pendamping hidup.
Penasihat kerajaan
sudah sering mengingatkan raja Dharma pentingnya ia mempunyai seorang pendamping
hidup. Namun raja Dharma kembali tak menghiraukan rujukan penasihatnya
tersebut. Dia lebih memilih mengurus kerajaannya yang semakin mencapai
kejayanya itu.
Raja Dharma terpaku
melihat seekor kupu-kupu yang menghinggapi bunga. Raja berpikir kupu-kupu itu
mempunyai warna yang sangat indah, dan di sampingnya pun ada kupu-kupu yang
lain mengikuti. Namun akan mati ketika sayapnya rapuh dan tak seorang pun
memperhatikannya. Apakah aku akan seperti itu? Mati tanpa ada yang ada
menemaniku? Apakah ini saatnya aku mencari….
Penasihat kerajaan
pun kembali mengingatkan Raja Dharma tentang seorang pendamping, tak semangat
Raja membahas itu, namun karena tak tahan terus menerus diingatkan tentang
pendamping, maka Raja Dharma menjawab dengan sekena hatinya dan memerintahkan
penasihat raja mengadakan sayambara,
”Bagi siapapun gadis
yang mampu menjatuhkan mahkota ku dari jarak sepuluh meter dengan buah manggis,
maka ia berhak menjadi permaisuriku”
penasihat kerajaan
pun segera menjalankan titah rajanya, meskipun tidak masuk akal. Raja Dharma
sengaja memberika sayembara seperi itu, karena ia yakin tak akan ada yang mampu
melaksanakannya.
Sayembara Raja Dharma
tersiar ke segala penjuru, semua gadis yang mendengar sayembara iu semangat
untuk ikut. Gadis mana yang tak mau jadi istri seorang raja yang gagah, baik,
dermawan seperti Raja Dharma.
Hari yang ditentukan pun tiba, semua gadis berkumpul di
alun-alun kerajaan dengan membawa manggis di tangan mereka masing-masing. Raja
yang gagah dengan mahkotanya duduk di singgasana yang sudah disiapkan. Para
gadis sudah berdiri dengan jarak sepuluh meter dari Raja Dharma. Mereka
senagaja tampil cantik dengan harapan agar Raja Dharma terkesan. Satu per satu
para gadis mulai melempar manggis mereka ke arah mahkota Raja Dharma, namun
belum ada yang berhasil, semua meleset.
Waktu terus berjalan
sampai gadis terkahir pun belum bisa menjatuhkan mahkota Raja Dharma dengan
manggis yang mereka lemparkan. Semua merasa kecewa, persyaratan yang diajukan
oleh raja Dharma terlalu sulit untuk mereka lakukan. Ketika penasihat raja mengumumkan pelaksanaan sayembara telah
selesai, terlihat seorang gadis dengan pakaian sederhana berlari menuju tempat
sayembara.
Gadis itu sepertinya
dari kalangan biasa, nampak jelas dari baju sederhana yang ia gunakan. Rambut
panjangnya dibiarkan terhelai tanpa diikat. Gadis itu menggunakan penuup di wajahnya.
Gadis itu bercadar ungu. Semua peserta penasaran terhadap gadis ini, begitu
juga Raja Dharma. Ia pun mulai tertarik dengan sayembara yang ia adakan.
Gadis itu berdiri
tepat sepuluh meter di depan Raja Dharma. Tangannya mulai berayun melemparkan manggis
ke mahkota yang dikenakan Raja Dharma, dan Plakkkkkkkk,,, mahkota itu pun
jatuh. Semua yang ada di kerajaan bersorak gembira melihat itu. Mereka bahagia
mengetahui raja akan segera mempunyai permaisuri.
Namun ditengah sorak
sorai kegembiraan itu, tiba-tiba gadis pelempar manggis itu pun lenyap entah
kemana. Semua menjadi kecewa, Raja Dharma pun ikut merasakan kekecewaan.
Meskipun pada awalnya dia tidak semangat dengan sayembara ini, namun perasaan
sedih pun muncul ketika ada seorang gadis yang entah dari mana asalnya mampu
memenangkan sayembara ini.
Hari terus aberganti,
Raja Dharma masih memikirkan gadis pelempar manggis itu. Makannya tidak enak, tidur
pun tidak nyaman. Pikirannya terus tertuju pada gadis pelempar manggis yang
menggunakan peunutup wajah. Raja membayangkan seperti apa wajah yang
tersembunyi di balik cadar itu.
Raja Dharma
memutuskan untuk pergi berburu ke hutan demi menghilangkan duka yang ada di
hatinya. Hari kian redup tanda matahari sudah bergerak ke peraduannya, namun
tak satu pun hewan buruan didapatkannya. Akhirnya sang raja memutuskan untuk
kembali ke istana. Di tengah perjalanan keluar dari hutan, Raja Dharma melihat
sosok gadis dengan rambut panjang, bercadar merah. Gadis yang menutupi sebagian
wajahnya itu terlihat menggenggam buah manggis.
Sang Raja Dharma pun
teringat gadis pelempar manggis yang mengikuti sayembara, rasa penasaran yang
terus membuncah membuat Raja mengikutinya. Raja Dharma pun terus mengikuti
gadis yang membawa manggis itu, namun sang raja kehilangan jejaknya. Raja terus
berjalan, namun sia-sia belaka, si gadis lenyap tak tahu rimbanya.
Raja Dharma tak tahu
jalan pulang. Ia mencoba menapaki batuan terjal yang tak rata itu, tak lama
kemuidan ia melihat sebuah gubuk dengan lentera yang cukup terang. Raja Dharma
pun berniat untuk menginap di gubuk itu. Perlahan Raja Dharma mengetuk pintu
gubuk. Tak lama kemudian seorang perempuan tua dengan wajah yang sedikit menyeramkan
membuka pintu. Raja Dharma mengutarakan niatnya untuk menginap semalam. Wanita
tua itu pun mengijinkannya. Raja tidur di kamar belakang rumah, meskipun gubuk
itu terlihat kecil dari depan namun tertata rapi di dalam. Raja Dharma baru
menutup mata, namun akhirnya tersentak kaget, di luar terdengar suara
peeremupan tua itu membanting sesuatu sambil marah-marah terhadap seseorang.
Pagi menjelang Raja
Dharma pamit kepada perempuan tua. Tak lama seoarang gadis yang bertubuh gendut
pun keluar dan memberikan senyuman. Ternyata dia adalah anak dari perempuan tua
itu. Raja Dharma pun bertanya tentang kejadian tadi malam, perempuan itu
tersenyum kecut. Tadi malam ternyata dia sedang memarahi anak tirinya yang telat
pulang karena sibuk mencari buah manggis.
Mendengar tentang
manggis, Raja Dharma pun penasaran dan
meminta perempuan tua itu memanggil anak tirinya. Dari belakang, datang lah
seorang gadis yang berwajah cantik, rambut panjangnya tergurai indah, di tangannya
terdapat buah manggis. Raja Dharma yakin dialah gadis yang dipikirkannya selama
ini. Dia lah pemenang sayembara iu.
Raja Dharma pun membawa
calon pendampingnya itu ke istana. Gadis Manggis itu bernama Inaya. Raja
Bahagia bertemu dengan Inaya. Dari penuturan Inaya, ternyata ibu tirinya yang memerintahkan Inaya
menutup wajahnya jika kelauar rumah. Ibu tirinya tidak suka melihat Inaya lebih
cantik dari pada putri kandungnya.
Raja Dharma dan Inaya
si gadis cantik pelempar manggis pun hidup bahagia di Istana. Mereka bersama-sama
menjalankan pemerintahan dan tetap mengayomi rakyat dan terus menebar kebaikan.
Raja bahagia dan bersyukur karena Inaya si gadis pelempar manggis yang lama
dicari telah ia miliki.
*Dimuat Harian Suara NTB Edisi 6 April 2015
Darek, 5 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar