Raja Ku Cinta, Alam Ku Sayang,
Negeri Ku Permai
Oleh:
Weeratna
Zaman dahulu di Negeri
yang dipimpin oleh raja yang sangat arif dan bijaksana bernama Raja Yarsyi.
Negeri limpah ruah dengan kekayaannya. Rakyat hidup dalam kenyamanan dan
kemakmuran. Sikap raja yang arif dalam memerintah dan bersahaja kepada semua
rakyat yang dinaungi dalam pemerintahannya membuat Negeri ini semakin tentram
dalam kebahagiaan.
Masa kejayaan ini
membuat semua orang begitu nyaman dalam menjalani hidup, semangat dalam
bekerja. Hasil pertanian sangat subur, hasil perdagangan begitu banyak meraup
keuntungan. Anak-anak tak perlu merasa tersiksa karena kelaparan. Ibu-ibu juga
tak perlu merasa risau karena asap dapur akan selalu mengepul.
Raja Yarsyi bersyukur
atas limpahan rahmat Tuhan yang telah memberkahi Negeri dan rakyatnya. Raja
Yarsyi memang raja yang arif dan bijaksana. Hal ini jelas terlihat dari
sikapnya yang tak pernah berhenti untuk mengingatkan rakyat untuk selalu bersyukur.
Raja juga memerintahka seluruh rakyat menyisihkan sebagian dari hasil panen
kepada kerajaan sebagai cadangan makanan yang bisa dibagikan ketika musim
paceklik tiba.
Negeri seberang sudah
terkena dampak dari musim kemarau panjang. Namun Negeri yang dipimpin oleh raja
Yarsy entah kenapa selalu melimpah ruah dengan air, kesuburan, dan kekayaan
alamnya. Rakyat dari Negeri seberang merasa tak beruntung. Hal ini membuat
mereka penasaran tentang kehidupan rakyat yang ada di Negeri Raja Yarsyi.
Mereka pun akhirnya
masuk ke Negeri yang dipimpin oleh Raja Yarsyi, mereka terheran-heran melihat
semangat kerja keras masyarakat di sana, cara mereka menghargai alam , dan raja
mereka yang sangat arif dan bijaksana dalam mengayomi rakyatnya. Melihat hal
itu, rakyat dari Negeri seberang ingin mencoba peruntungan nasipnya di Negeri
Raja Yarsyi.
Masyarakat dari Negeri
seberang mengajukan diri sebagai pekerja di lahan yang subur tersebut, meskipun
menerima upah yang sedikit. Ada juga sebagian masyarakat dari Negeri seberang
yang membantu berdagang, dan mengolah hasil alam yang lainnya. Rakyat dari Raja
Yarsyi pun bersedia membantu mereka.
Melihat banyaknya
masyarakat dari Negeri seberang yang bersedia bekerja di Negeri mereka. Rakyat
yang dipimpin oleh Raja Yarsyi menjadi terlena, muncul perasaan bangga yang
berlebihan, sehingga menghasilkan sikap sombong dan malas untuk bekerja. Mereka
beranggapan, tidak perlu bekerja keras dikarenakan sudah ada yang mereka bisa
perintahkan untuk menggantikan pekerjaan mereka.
Hari terus berganti.
Rakyat yang dipimpin oleh Raja Yarsi semakin malas. Mereka sudah tidak peduli
dengan pekerjaan yang biasa dilakukannya. Mereka hanya menunggu hasil pekerjaan
dari rakyat Negeri seberang tanpa harus ikut merasa lelah, berkucuran keringat.
Tinggal ongkang-ongkang kaki saja di rumah, hasil sudah mereka terima.
Raja yang mengetahui
perilaku rakyat yang dipimpinnya merasa kecewa. Raja tak habis pikir denagan
sikap sombong dan malas yang dilakukan oleh rakyatnya. Raja memberikan
peringatan kepada semua rakyatnya. Namun peringatan itu tak dihiraukan.
Di dalam pikiran
rakyatnya hanyalah rasa puas yang tak terkira karena tak perlu merasa lelah
untuk mendapatkan hasil yang mereka inginkan. Istri mereka pun tak perlu
ikut-ikut berpanasan. Anak mereka pun tak perlu ikut merasa lelah seperti orang
tua mereka. Hanya menunggu di rumah semua sudah ada yang mengerjakan.
Waktu terus berlalu,
masyarakat dari Negeri seberang sudah merasa cukup dengan hasil kerja yang
merek dapatkan.Mereka telah banyak belajar tentang usaha bekerja keras, rasa
bersyukur, dan bersikap bijaksana terhadap alam. Maka alam pun akan bersikap
baik dengan semua kekayaan yang dimilikinya. Mereka pun memutuskan untuk
kembali ke Negeri mereka.
Hal ini tentu membuat
rakyat yang dipimpin oleh Raja Yarsyi menjadi susah. Terbiasa dengan kondisi
tiadak bekerja dan menunggu di rumah, membuat mereka berat kemabli bekerja. Hal
ini berakibat kepada kondisi lahan mereka yang tidak terurus. Hasil panen menjadi
tidak maksimal. Bahkan terancam gagal panen.
Keadaan ini bertambah
parah karena hujan tak kunjung turun, air sungai mulai tak mengalir lagi,
bahkan air sumur hanya meninggalkan kekeringan di dasarnya. Para ayah mulai
resah tak mampu menghidupi keluarganaya, para ibu juga ikut resah karena dapur
mereka tak bisa mengepul lagi. Negeri ini sudah tak mau mengeluarkan kekayaan
alamnya.
Raja Yarsyi sangat
sedih melihat kemalangan yang melanda Negerinya. Akhirnya hal yang ditakutkan
pun tiba. Musim paceklik datang melanda. Raja Yarsyi selalu berdoa kepada tuhan
untuk membrikan kemurahan hati kepada rakyat dan negeri yang sanagat dicintai
ini. Tak tahan dengan ini semua, akhirnaaya raja memeintahkan untuk
mengumpulkan rakyat.
Rakyat pun berkumpul
dan menanti titah raja mereka yang arif dan bijaksana itu, mereka menyesal
tidak mengindahkan peringatan raja mereka.
“Wahai rakyat yang
kucintai, Tuhan telah menghukum negeri ini karena kesombongan yang meracuni
kita. Tuhan telah mengambil semua kenikmatan dan kesenangan yang telah membuai
kita. Mari kita memohon ampun kepada Tuhan yang maha mengampuni”.
Rakyat hanya bisa
menunduk mendengar perkataan raja.
Mereka menyesali semua kebodohan yang telah
dilakukan. Mereka menyesal tak mengindahkan peringatan yang telah diberikan.
Raja Yarsyi pun membagikan hasil panen yang rakyat sisihkan. Inilah waktu yang
tepat mereka menrima hasil dari apa yang mereka sisihkan.
Wajah sendu rakyat
berubah menjadi bahagia. Mereka kemali ke rumah dengan perasaan yang lebih
baik. Tak berhentinya mereka mengucapkan
rasa syukur kepada Tuhan karena telah memberikan raja yang baik, dan juga
berharap kesalahan mereka bisa diampuni. Di dalam hati mereka bertekad kuat
untuk kembali menjadi lebih baik, dan semakin baik, tak mau lagi menjadi orang
yang sombong.
Seminggu kemudia hujan
turun, hasil panen pun jadi membaik. Semua rakyat bersorak gembira. Raja Yarsyi
pun menitikkan air mata, dan bersyukur kepada Tuhan. Semoga rakyat selalu
menghargai diri sendiri, menghargai alamnya, dan tak cepat merasa puas diri.
Tuhan tak pernah diam melihat itu semua.
*Dimuat Harian
Suara NTB, edisi 30 Maret 2015
Batuyang, 27 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar