KANGGOK'M TADAHN ?

Minggu, 10 Mei 2015

Raja Ku Cinta, Alam Ku Sayang, Negeri Ku Permai
           
Oleh: Weeratna     

Zaman dahulu di Negeri yang dipimpin oleh raja yang sangat arif dan bijaksana bernama Raja Yarsyi. Negeri limpah ruah dengan kekayaannya. Rakyat hidup dalam kenyamanan dan kemakmuran. Sikap raja yang arif dalam memerintah dan bersahaja kepada semua rakyat yang dinaungi dalam pemerintahannya membuat Negeri ini semakin tentram dalam kebahagiaan.

Masa kejayaan ini membuat semua orang begitu nyaman dalam menjalani hidup, semangat dalam bekerja. Hasil pertanian sangat subur, hasil perdagangan begitu banyak meraup keuntungan. Anak-anak tak perlu merasa tersiksa karena kelaparan. Ibu-ibu juga tak perlu merasa risau karena asap dapur akan selalu mengepul.

Raja Yarsyi bersyukur atas limpahan rahmat Tuhan yang telah memberkahi Negeri dan rakyatnya. Raja Yarsyi memang raja yang arif dan bijaksana. Hal ini jelas terlihat dari sikapnya yang tak pernah berhenti untuk mengingatkan rakyat untuk selalu bersyukur. Raja juga memerintahka seluruh rakyat menyisihkan sebagian dari hasil panen kepada kerajaan sebagai cadangan makanan yang bisa dibagikan ketika musim paceklik tiba.
Negeri seberang sudah terkena dampak dari musim kemarau panjang. Namun Negeri yang dipimpin oleh raja Yarsy entah kenapa selalu melimpah ruah dengan air, kesuburan, dan kekayaan alamnya. Rakyat dari Negeri seberang merasa tak beruntung. Hal ini membuat mereka penasaran tentang kehidupan rakyat yang ada di Negeri Raja Yarsyi.


Mereka pun akhirnya masuk ke Negeri yang dipimpin oleh Raja Yarsyi, mereka terheran-heran melihat semangat kerja keras masyarakat di sana, cara mereka menghargai alam , dan raja mereka yang sangat arif dan bijaksana dalam mengayomi rakyatnya. Melihat hal itu, rakyat dari Negeri seberang ingin mencoba peruntungan nasipnya di Negeri Raja Yarsyi.

Masyarakat dari Negeri seberang mengajukan diri sebagai pekerja di lahan yang subur tersebut, meskipun menerima upah yang sedikit. Ada juga sebagian masyarakat dari Negeri seberang yang membantu berdagang, dan mengolah hasil alam yang lainnya. Rakyat dari Raja Yarsyi pun bersedia membantu mereka.

Melihat banyaknya masyarakat dari Negeri seberang yang bersedia bekerja di Negeri mereka. Rakyat yang dipimpin oleh Raja Yarsyi menjadi terlena, muncul perasaan bangga yang berlebihan, sehingga menghasilkan sikap sombong dan malas untuk bekerja. Mereka beranggapan, tidak perlu bekerja keras dikarenakan sudah ada yang mereka bisa perintahkan untuk menggantikan pekerjaan mereka.

Hari terus berganti. Rakyat yang dipimpin oleh Raja Yarsi semakin malas. Mereka sudah tidak peduli dengan pekerjaan yang biasa dilakukannya. Mereka hanya menunggu hasil pekerjaan dari rakyat Negeri seberang tanpa harus ikut merasa lelah, berkucuran keringat. Tinggal ongkang-ongkang kaki saja di rumah, hasil sudah mereka terima.
Raja yang mengetahui perilaku rakyat yang dipimpinnya merasa kecewa. Raja tak habis pikir denagan sikap sombong dan malas yang dilakukan oleh rakyatnya. Raja memberikan peringatan kepada semua rakyatnya. Namun peringatan itu tak dihiraukan.

Di dalam pikiran rakyatnya hanyalah rasa puas yang tak terkira karena tak perlu merasa lelah untuk mendapatkan hasil yang mereka inginkan. Istri mereka pun tak perlu ikut-ikut berpanasan. Anak mereka pun tak perlu ikut merasa lelah seperti orang tua mereka. Hanya menunggu di rumah semua sudah ada yang mengerjakan.

Waktu terus berlalu, masyarakat dari Negeri seberang sudah merasa cukup dengan hasil kerja yang merek dapatkan.Mereka telah banyak belajar tentang usaha bekerja keras, rasa bersyukur, dan bersikap bijaksana terhadap alam. Maka alam pun akan bersikap baik dengan semua kekayaan yang dimilikinya. Mereka pun memutuskan untuk kembali ke Negeri mereka.

Hal ini tentu membuat rakyat yang dipimpin oleh Raja Yarsyi menjadi susah. Terbiasa dengan kondisi tiadak bekerja dan menunggu di rumah, membuat mereka berat kemabli bekerja. Hal ini berakibat kepada kondisi lahan mereka yang tidak terurus. Hasil panen menjadi tidak maksimal. Bahkan terancam gagal panen.

Keadaan ini bertambah parah karena hujan tak kunjung turun, air sungai mulai tak mengalir lagi, bahkan air sumur hanya meninggalkan kekeringan di dasarnya. Para ayah mulai resah tak mampu menghidupi keluarganaya, para ibu juga ikut resah karena dapur mereka tak bisa mengepul lagi. Negeri ini sudah tak mau mengeluarkan kekayaan alamnya.

Raja Yarsyi sangat sedih melihat kemalangan yang melanda Negerinya. Akhirnya hal yang ditakutkan pun tiba. Musim paceklik datang melanda. Raja Yarsyi selalu berdoa kepada tuhan untuk membrikan kemurahan hati kepada rakyat dan negeri yang sanagat dicintai ini. Tak tahan dengan ini semua, akhirnaaya raja memeintahkan untuk mengumpulkan rakyat.

Rakyat pun berkumpul dan menanti titah raja mereka yang arif dan bijaksana itu, mereka menyesal tidak mengindahkan peringatan raja mereka.

“Wahai rakyat yang kucintai, Tuhan telah menghukum negeri ini karena kesombongan yang meracuni kita. Tuhan telah mengambil semua kenikmatan dan kesenangan yang telah membuai kita. Mari kita memohon ampun kepada Tuhan yang maha mengampuni”.
Rakyat hanya bisa menunduk mendengar perkataan raja.

Mereka menyesali semua kebodohan yang telah dilakukan. Mereka menyesal tak mengindahkan peringatan yang telah diberikan. Raja Yarsyi pun membagikan hasil panen yang rakyat sisihkan. Inilah waktu yang tepat mereka menrima hasil dari apa yang mereka sisihkan.

Wajah sendu rakyat berubah menjadi bahagia. Mereka kemali ke rumah dengan perasaan yang lebih baik.  Tak berhentinya mereka mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan karena telah memberikan raja yang baik, dan juga berharap kesalahan mereka bisa diampuni. Di dalam hati mereka bertekad kuat untuk kembali menjadi lebih baik, dan semakin baik, tak mau lagi menjadi orang yang sombong.

Seminggu kemudia hujan turun, hasil panen pun jadi membaik. Semua rakyat bersorak gembira. Raja Yarsyi pun menitikkan air mata, dan bersyukur kepada Tuhan. Semoga rakyat selalu menghargai diri sendiri, menghargai alamnya, dan tak cepat merasa puas diri. Tuhan tak pernah diam melihat itu semua.


*Dimuat Harian Suara NTB, edisi 30 Maret 2015


Batuyang, 27 Maret 2015

Tidak ada komentar: