KANGGOK'M TADAHN ?

Rabu, 12 April 2017

Gelar Dialog Warga, BNN Sebut Pelajar Rentan Terhadap Narkoba


Mataram- Mengantisipasi peredaran narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa, Samalas Institute bersama BNN Kota Mataram menggelar dialog warga bersama pemuda dan masyarakat Lingkungan Karang Genteng, Kelurahan Pagutan, Kota Mataram Jum'at malam (30/3).

Kepada peserta dialog, Kasi Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNN Kota Mataram Hery Sutowo menjelaskan bahwa Narkotika membahayakan bagi semua orang. Bahayanya tidak saja bagi pemakai, namun juga bagi orang lain. Maka narkoba sering disebut sebagai kejahatan 'extra ordinary crime'.
Sebagai contoh jika seseorang kecanduan narkoba maka syaraf otaknya diserang.

 Sehingga yang bersangkutan enggan untuk belajar dan sekolah. Efek lain kecanduan narkoba ialah adanya perubahan perilaku seperti pengguna mudah sekali depresi yang berujung pada munculnya sikap paranoid. Termasuk mudah marah sehingga terjadilah KDRT di dalam rumah tangga.

"Yang terjadi seperti efek domino," tegasnya.

Sedang dari aspek kesehatan, terjadi risiko penyakit HIV/AIDS. Karena biasanya mereka para pemakai mempunyai kehidupan seks yang tidak sehat. Sebanyak 88 persen pemakai narkoba memiliki kehidupan seks tidak sehat atau pernah melakukan seks bebas.

Akibatnya, anggota keluarga lainnya juga kena dampak mulai dari istri dan anak. Temuan BNN Kota Mataram terdapat 158 ibu rumah tangga yang terjangkit narkoba yang ditularkan dari suaminya sendiri.
"Karena dampak narkoba juga libido naik dan tidak terkontrol dan itu banyak terjadi di Mataram".
Dijelaskan Hery berdasarkan data tahun 2014 sebanyak 6.500 orang pengguna narkoba di NTB, 27 persen di antaranya menyerang pelajar dan mahasiswa.Sementara di Kota Mataram jumlah anak usia SMP yang direhab sebanyak 16 anak.

Setelah dilakukan assament 10 orang di antaranya menjawab mengenal Narkotika sejak umur 9 tahun. Kondisi ini tentu mengkhawatirkan. Diperparah lagi berdasarkan data BNN tidak ada satupun lingkungan di Kota Mataram yang bebas dari narkoba.

"Saya buka saja, ada anak dari Majeluk gunakan jenis psikotropika anak kelas SMP. Akibatnya ialah selama 1,5 tahun memakai triheksipenedil akibatnya ialah sekarang menjadi penghuni tetap rumah sakit jiwa," imbuhnya.

"Rumah tangga dan negara rusak gara-gara narkoba. Negara kita bisa hancur karena narkoba. Kita punya bonus demografi di mana angka produktifitas pemudanya sangat besar. Jangan sampai rusak karena narkoba".

Koordinator Ahli Bidang Pendidikan Samalas Institute, Putra Sari, M.Pdi.,  mengungkapkan bahwa konsep dialog warga digunakan Samalas Institute mengingat sukses tidaknya suatu program tidak terlepas dari adanya dialog yang dilakukan secara intensif dengan kelompok masyarakat.

"Termasuk dalam dialog warga kali ini juga kita hadirkan perwakilan BNN Kota Mataram untuk menyampaikan bahaya narkoba kepada masyarakat," ujarnya.

Dikatakan, konsep dialog warga seperti ini akan diperluas ke tempat-tempat lain di Kota Mataram. Tujuannya untuk mempermudah penerimaan masyarakat terhadap program-program yang dijalankan pemerintah. Terlebih dialog warga ini lebih mengedepankan pendekatan kultural dalam pelaksanaannya. Misalnya saja dirangkai dengan agenda ngaji Yasin bersama.

Selain itu, dialog warga juga diharapkan mampu memperpendek jarak komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat yang terkesan mempunyai jarak.

"Samalas Institute sendiri sudah memetakan beberapa tempat pelaksanaan dialog warga seperti di Kelurahan Pagesangan, Sekarbela dan Babakan," tegasnya. (dys)